tag:blogger.com,1999:blog-13761959.post3525518282550130883..comments2023-11-03T02:55:14.936-07:00Comments on Revolusi Seksual: Saya Tidak Membenci Laki-lakiMerry Magdalenahttp://www.blogger.com/profile/01833883606006335289noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-13761959.post-12085026404003366492013-04-20T12:04:01.286-07:002013-04-20T12:04:01.286-07:00pasti mbak lesbian khan????pasti mbak lesbian khan????Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-13761959.post-7327981081992266062010-01-04T14:22:46.983-08:002010-01-04T14:22:46.983-08:00Terima kasih atas informasi menarikTerima kasih atas informasi menarikAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-13761959.post-31054401671557065372008-02-29T10:24:00.000-08:002008-02-29T10:24:00.000-08:00"Hahaha! Perempuan juga sering terpana melihat cow..."<BR/>Hahaha! Perempuan juga sering terpana melihat cowok ganteng dan tubuh tegap sempurna. Tapi kami tidak pernah menyiuli, mencolek-colek, bahkan memperkosa kalian bukan?<BR/><BR/>"<BR/><BR/>Mbak asli kena banget nih command, btw mbak sangat benar sekali salah satu sifat jelek laki2 yang suka iseng sama ce :) thx command tsb bisa jadi bahan renungan juga buat aku kekekekekekAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-13761959.post-91623797531611142092007-12-11T20:45:00.000-08:002007-12-11T20:45:00.000-08:00Merry Magdalena said: Hahaha! Perempuan juga serin...<I><B>Merry Magdalena said:</B> Hahaha! Perempuan juga sering terpana melihat cowok ganteng dan tubuh tegap sempurna. Tapi kami tidak pernah menyiuli, mencolek-colek, bahkan memperkosa kalian bukan?</I><BR/><BR/>Oh please. Women never rape men literally, but they still "rape" us high and dry with <B>lies</B>, <A HREF="http://en.wikipedia.org/wiki/Paternity_fraud" REL="nofollow">paternity fraud</A>, and <A HREF="http://en.wikipedia.org/wiki/Cuckolding" REL="nofollow">cuckolding</A>.<BR/><BR/>As for "gender-hatred", no. I don't hate <B>all</B> women. For example, I don't hate prostitutes, especially since they're more trustable than most wives --let alone feminists.<BR/><BR/>Feminists and feminazis, on the other hand, disgust me to the bone that everytime I noticed one I just can't help but puking my intestines out. BLAAGH!!!!Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-13761959.post-14144365414577871262007-12-11T20:29:00.000-08:002007-12-11T20:29:00.000-08:00Seorang teman saya yang memang benar2 kaum siniste...Seorang teman saya yang memang benar2 kaum sinister terhadap feminisme, berkata:<BR/><BR/>"Bagaimana kami mau mengakui kesetaraan kalian (perempuan) kalau dalam segala hal masih saja merengek dan meminta kepada kami (lelaki)?"<BR/><BR/>Padahal kaum lelaki sebenarnya juga tidak kurang rewel dan manjanya kepada kaum perempuan :)<BR/><BR/>Yah, saya pribadi selalu hanya memberi pengingat, feminisme atau maskulinitas pada akhirnya harus dan akan tetap tunduk kepada kodrat. Jadi, sebenernya yang perlu dibenahi itu adalah dalam hal interaksinya, bukan pahamnya.<BR/><BR/>Semua agama ternyata menawarkan itu sebagai solusi bagi bias yang terjadi. Perbaiki interaksinya. Kenapa kok seperti itu? Ya karena agama memandang bahwa bias itu menghalangi penyatuan kedua unsur yang seharusnya saling melengkapi yaitu perempuan dan lelaki. Dan ego keduanya kemudian meninggikan masing2 posisi tanpa masing2 mau mendekat.<BR/><BR/>Padahal, kalau mereka menyatu, maka sempurna :) Dan kalau sudah menjadi satu, maka identitas gender hilang, tak ada lagi. Yang ada hanya kemanusiaan dan cinta kasih yang demikian luasnya ...Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-13761959.post-10049839839571112872007-12-09T20:04:00.000-08:002007-12-09T20:04:00.000-08:00Satu-satunya yang harus kita lawan adalah budaya p...Satu-satunya yang harus kita lawan adalah budaya patriaki, yang memang didesain secara politis untuk memarjinalkan perempuan dan menguntungkan pria. Dalam perspektif ini, gender tidak dilihat lagi semata-mata hanya dalam perspektif biologis, namun juga kultural. Bisa dilihat di parlemen kita misalnya, berapa persen perempuan yang sudah jadi anggota parlemen misalnya? Jika mayoritas mutlak parlemen dikuasai pria, bagaimana perempuan memperjuangkan aspirasi politiknya? Beberapa negara eropa menerapkan kuota bahwa anggota parlemen harus 30 persen wanita. Lalu fenomena kawin paksa, yang masih sering terjadi di Indo ini, yang jelas sangat merugikan perempuan. Sewaktu sekolah dulu, kita selalu diajarkan bahwa suami itu mencari nafkah, lalu istri itu menjadi ibu rumah tangga. Suami dalam perspektif ini menjadi kepala keluarga. Namun sekarang tidak seperti itu lagi. Sering kali perempuan yang mencari nafkah, dan pria menjadi 'bapak rumah tangga'. Siapa yang jadi kepala keluarga kalau seperti ini? Ya jelas sang istri! Jika pendapatan istri lebih lebih besar, maka akan menjadi seperti demikian. Memang pendidikan kita masih ada item2 yang bias gender, selain masalah yang disebut diatas itu. Saya sendiri awalnya kaget...karena ada teman pria saya yang terang-terangan mengaku sebagai aktivis gender. Namun sekarang saya pikir pilihan mereka masuk akal, karena mereka memperjuangkan keadilan sosial.Arlihttps://www.blogger.com/profile/06053899659238382244noreply@blogger.com