Friday, June 17, 2005

Lelaki Idaman Hanya Ada dalam Novel dan Film



Strider alias Aragorn bertubuh tinggi tegap. Rambutnya panjang terurai berantakan. Ia sahabat Frodo, hobbit yang membawa cincin ajaib. Strider gagah berani mengawal para hobbit mengarungi perjalanan panjang penuh aral. Dialah lelaki idamanku saat ini.Sungguh lelaki sempurna!

Tiba-tiba saja aku berpikir tentang lelaki idaman. Seperti apakah lelaki idamanku? Idaman setiap perempuan. Idaman siapa saja.

Dulu, di SMA, lelaki idamanku adalah Izzy Stradlin, pemain gitar ritmik dalam Guns N’ Roses. Kadang berubah menjadi Axl Rose sang vokalis. Esoknya bisa jadi lelaki idamanku adalah teman sekelas yang bertubuh kerempeng dengan poni sepanjang dagu. Tak lama berubah lagi menjadi Jon Bon Jovi. Yang terakhir ini lumayan lama bertahan di hati sebagai lelaki idaman.

Di kampus aku sempat tergila-gila dengan kakak tingkat yang hobi naik gunung. Bersendal jepit, celana lapangan dan topi gunung. Kemudian tergila-gila pada Soe Hok Gie yang hanya kukenal melalui buku Catatan Seorang Demonstran.
Tapi makin aku kenal lelaki sebagai teman, sahabat hingga pacar, bayangan tentang lelaki idaman itu makin kabur saja. Faktanya, setiap lelaki yang kukenal sungguh berbeda jauh dengan semua sosok lelaki idaman. Ini bukan masalah fisik, namun lebih kepada karakter dan sikap.

Makin banyak karakter lelaki yang kukenal, makin kecil respekku pada lawan jenis itu. Terlebih melihat sekitarku dimana banyak teman maupun temannya teman sesama perempuan yang menjadi korban sikap lelaki yang amat tidak menyenangkan.

Aku bisa sebutkan sederetan nama teman-teman perempuan yang menjadi korban khayalannya sendiri tentang lelaki idaman. Hati bahkan fisik mereka hancur akibat tertipu oleh sosok lelaki idaman. Ada yang dihamili lalu ditinggal. Ada yang direnggut keperawanannya kemudian dilupakan begitu saja. Ada yang sudah bertunangan dan dilamar tapi si lelaki justru menikah dengan perempuan lain. Dan masih banyak teman-teman perempuanku yang menjadi korban fantasi lelaki idaman tadi. Belum lagi ditambah dengan betapa banyak istri yang harus banting tulang menafkahi anak-anaknya akibat si suami menganggur. Juga istri-istri yang selalu disiksa fisik dan batin oleh si suami namun tak berdaya apapun.

Secara pribadi aku sendiri sempat dikecewakan oleh beberapa lelaki. Kalau sudah begitu aku bertanya-tanya, apakah lelaki idaman itu sungguh ada?
Memang banyak pasangan suami istri yang hidup rukun dan harmonis sampai usia lanjut. Semua orang memuji mereka sebagai pasangan ideal. Namun lubuk hatiku bertanya, apa benar si istri tidak pernah dilukai atau dikecewakan oleh si suami? Sungguhkan suaminya itu lelaki idaman istrinya? Apa betul si istri masih terus mencintai si suami atau hanya sekedar menjaga imej keluarga? Dan si suami, sungguhkah ia setia dan tak pernah menyeleweng atau naksir perempuan lain?

Sejuta kesangsian selalu menyelubungiku tiap kali melihat sepasang suami istri atau kekasih. Kesangsian lebih banyak lagi akan hadir tiap kali aku bertemu lelaki. Sungguhkah mahluk itu bisa dipercaya tidak akan menghianati atau melukai perempuan yang notabene adalah diriku? Bisakah ia menjadi lelaki idaman seperti gambaran Aragorn dalam Lord of The Ring yang detik ini menjadi idamanku?

Jawabnya adalah tidak bisa dan takkan pernah bisa. Lelaki, sama seperti perempuan, adalah manusia biasa. Mereka terkesan licik dan bajingan sebab mempunyai banyak kelebihan dibanding perempuan. Lebih kuat secara fisik, lebih rasionil, lebih bisa melupakan perasaan. Ketiga kelebihan itu membuat kaum Adam berpotensi lebih banyak menjahati perempuan, mahluk yang perasaannya lebih lembut dan fisiknya lebih lemah.
Ketidakpercayaanku pada adanya lelaki idaman kian pupus setelah setiap saat aku berjalan maka mata-mata lelaki liar selalu menatap seluruh lekuk tubuhku. Siulan, sapaan dari mulai yang sopan sampai kurang ajar sudah menjadi langgananku. Begitu juga ratusan, ribuan dan jutaan bahkan miliaran perempuan lain di dunia.

Memang aku punya banyak teman lelaki berkualitas, berpendidikan, baik dan menjadi teman bicara menyenangkan. Tapi jangan coba menjadikan mereka lelaki idaman. Sebab setelah itu sederetan kekecewaan akan membuntuti kita. Apalagi kalau kita sudah salah memulai start perbincangan, maka rasa antipati itu akan terus mengintai.
Lalu, seperti apakah lelaki idaman itu? Detik ini Aragorn dalam Lord of The Ring menghiasi setiap mimpiku ihwal bayangan lelaki idaman. Sosoknya yang gagah berani nan jantan penuh petualangan sungguh membuatku mabuk kepayang. Tak diragukan lagi dialah lelaki idamanku. Tentu saja, sebab lelaki idaman hanya ada dalam novel dan film. Tidak lebih dari itu.