Friday, February 23, 2007

Stand By Your Man, Except He is a Creep

Stand by your man, except he is a creep. Tulisan Wimar Witoelar (WW) itu terngiang di benak saya ketika tidak sengaja menonton sebuah tayangan infotainmen.Yuni Shara menangis tersedu akibat suaminya ditahan polisi dalam kasus dugaan penipuan hingga angka miliaran rupiah.

Kasihan? Tidak. Saya lebih kasihan pada banyak perempuan di luar sana yang tegar menjalani hidup sendirian, apalagi jika harus menafkahi keluarga. Kenapa saya tidak kasihan pada Yuni Shara? Pertama, dia bukan orang tidak mampu. Rumahnya masih mewah dan hidupnya masih di atas layak. Kedua, ia tetap bisa hidup layak walau suaminya tidak ada sekalipun. Ia punya karir bagus sebagai penyanyi, namanya sudah terkenal. Ketiga, dia bodoh.


Bodoh? Ya, ia mengaku tidak tahu banyak soal pekerjaan suaminya. Dikatakan oleh reporter infotainment, Yuni hanya tahu suaminya pebisnis, titik. Soal bagaimana bisnis itu dijalankan, uangnya dari mana, halal atau haram, dia mengaku tidak tahu. Gila, sekian lama tidur bersama seorang lelaki tanpa tahu dari mana semua kekayaannya berasal. Edan. Sebuah kebodohan tiada tara.

Stand by your man, except he is a creep. Kalimat WW itu menjadi teori ampuh saya bagi para perempuan lajang, teman-teman saya. Menikah itu keputusan yang berkaitan dengan hukum, moral dan agama. Sekali kau memutuskan menikahi seorang lelaki, berarti kau akan identik dengannya. Kau dianggap mengamini keputusannya.


Bagus kalau suamimu orang yang baik, maka kau ikut terkenal sebagai istri soleh. Sial jika suamimu koruptor atau maling, sebab sang istri akan terkenal sebagai istri koruptor atau istri maling. Bahkan ketika si istri tidak setuju dengan perbuatan si suami, tetap semua orang akan mengidentikkannya dengan perilaku bejat si suami. Lebih parah lagi, istri akan didakwa sebagai penyebabnya.

Jika istri berontak dan memilih cerai? Ia akan ditahbiskan sebagai istri penghianat, tidak setia, blabla bla…!

Dampingilah lelakimu kecuali ia seorang yang tak disukai. Kalimat WW mengisyaratkan bahwa perempuan tidak wajib setia kepada lelakinya, terutama saat si lelaki sudah tak bisa dikendalikan lagi. Dinasihati baik-baik agar jangan korupsi, tetap bandel. Makin merajalela, justru pakai kekerasan. Lelaki sejenis ini lebih baik ditinggalkan saja. Daripada harus setia sampai kita terseret ke penjara. Terimakasih banyak, ya.


Jadi ingat, saya pernah bercanda dengan teman saya perempuan yang belum menikah sampai usia kepala 3. Ia baik, cantik, rajin sholat, kulitnya putih mulus bak mandi susu setiap hari. Tutur katanya manis, sopan dan mandiri. Ketika hendak berpisah dalam sebuah jumpa, ia membawakan saya makanan ringan.

“Duh, kamu itu baik sekali. Cewek sebaik dan secantik kamu belum juga dilamar cowok,?” Ujarku.

“Masalahnya belum ada cowok yang yang cukup baik buatku,” ia menjawab ringan.

Saya setujua banget.

“Betul, Len. Daripada kamu menikahi lelaki pecundang dan begajulan atau malah koruptor, mendingan kamu jangan menikah, deh. Kalau dapat suami penjahat kamu malah ikutan keseret ke neraka,” aku teringat kalimat WW tadi.

Kami tertawa bersama.