Thursday, December 29, 2005
Bridget Jones Syndrome (BJS)
Masih seputar SMS. Hanya kali ini khusus SMS antar teman perempuan. Apa yang dilakukan para perempuan lajang di kala senggang? SMS! Dengan dua syarat tentu: pulsa masih banyak dan full baterry. Apa yang diketikkan di SMS-SMS tak berguna itu? Semua kegiatan sedetail-detailnya. Sampai ke urusan makanan yang merangsek ke dalam perut.
“Gue selama cuti makan mulu. Ini baru aja nambah piring kedua. Abis sambel terasinya enak banget.”
“Gue tadi bikin makaroni schotel, setengah loyang dimakan sendiri. Barusan makan nuget sama kentang goreng. Ngga sehat banget ya?”
“Wah, rasanya badan gue ndut banget. Kulit gue sampe putih gara2 melar.”
Begitu kira-kira SMS gila tak keruan. Wahai para provider selular, berterimakasihlah pada kami para perempuan lajang, sebab SMS sampah kami membuat income kalian meningkat! Hahaha!
Bukan SMS yang saya fokuskan di sini. Tapi masalah makanan. Sejak menjomblo, saya beserta dua sobat perempuan merasakan makanan adalah surga dunia. Kami punya jadwal kusus sejak dua bulan lalu untuk melakukan rendezvous di arena makanan lezat. Alasannya, “Otak kita jenuh sama kerjaan, butuh refreshing, makanan enak dan saling curhat. Girltalk!”
Memang, kumpul bersama teman karib saat ini adalah kebutuhan yang mahal. Selain sama-sama sibuk, kita juga kerap terjebak dalam aneka jadwal skedul, rutinitas yang membuat waktu luang nyaris tak ada. Ditambah macet Jakarta yang memakan waktu.
Maka makanan lezat dan kehadiran sahabat adalah dua hal berharga yang tak bisa dinilai dengan uang. Lebih manjur ketimbang harus membayar psikiater.
“Ayo kita berburu makanan enak. Asiiiik...gue jadi semangat!” Itu SMS seorang karib semalam.
Kalau yang dipikir hanya makanan enak, jangan heran kalau sekarang ada jerawat mirip anak Krakatau yang siap meletus di pipi kanan saya. Sepertinya harus mengumumkan kondisi SIAGA I, sebab gunung ini siap meletus kapan saja.
Dengan tak semangat saya pun mengetik SMS ini untuk membalasnya, “Apa karena kita jomblo, makanya ngga peduli penampilan lagi? Ndut dan jerawatan, cuek aja. Kita terkena Bridget Jones Syndrome (BJS)?”
Siapa sih tak kenal Brigdet Jones? Tokoh yang diangkat dari novel karya Hellen Fielding itu dengan sukses diangkat ke film. Diperankan oleh Renne Zellweger, Jones adalah perempuan lajang usia 30-an. Tubuhnya agak gemuk walau sesungguhnya masih ideal. Tapi ia merasa gemuk (tentu saja jika dibandingkan dengan Barbie).
Sekelilingnya juga menganggapnya gemuk. Makanan menjadi pelampiasan karena tak ada lelaki yang mencintainya. Saat hendak berkencan , ia setengah mati memakai korset agar terlihat langsing. Tapi ketergantungannya pada makanan susah dilepas.
Hmm... apakah BJS mulai menyerang aku dan sobat-sobat perempuanku? Memang masih banyak perempuan bertubuh lebih gemuk dan jerawat lebih parah dari kami. Jujur saja, di mata umum, tubuh dan penampilan kami masih sangat ideal. Maka...persetan dengan BJS. Kalau memang terserang BJS, kami asik-asik saja. Dan bahagia tentunya! Toh kami tak bernafsu menjadi perempuan kerempeng ala Barbie!
Subscribe to:
Posts (Atom)