Sunday, February 07, 2010

Blog Baru Saya

Semua tulisan terbaru saya bisa diakses di blog baru saya: Life Is Prettier Than Any Movies.

Thursday, November 05, 2009

I am Moving!










Blog ini hanya menjadi dokumentasi tulisan dan ide-ide gila saya saja. Selanjutnya saya memosting semua tulisan di Notes Facebook saya, dan blog saya yang lebih official adalah
merry.netsains.com.

Jadi yang mau mengikuti saya lebih jauh lebih baik add saya di FB atau klik link ini. Atau silakan ke web sains populer saya, Netsains.

Monday, March 02, 2009

Pindah Sementara


Karena blog ini sudah mulai banyak diganggu spam dan sejak dulu dihiasi komentator anonymous, maka blog ini tidak akan diupdate hingga waktu yang tidak ditentukan.

Postingan-postingan blog sementara dipindah ke Notes Facebook penulis yang ternyata komentatornya lebih bermutu, bisa diidentifikasi, dan bertanggungjawab.

Ada juga rencana buat pindah alamat blog baru, informasi lanjutan menyusul.

Thanks, Merry.

Friday, February 13, 2009

Penulis Idealis? Tell Me About It!!!

Penulis idealis menurut NH Dini adalah penulis yang hanya mau menulis apa yang ada di benaknya, tanpa didikte siapapun, termasuk penerbit.

Hasilnya, kini dalam usia senja, NH Dini menderita hepatitis B selama nyaris 10 tahun. Ia mendiami panti werda Wisma Langen. Terpaksa menjual lukisan-lukisannya untuk berobat. Ia juga sempat mendapat bantuan dana dari gubernur Jawa Tengah. Teman-teman sesama sering mengadakan pengumpulan dana buat pegobatan sejumlah penyakit yang diderita penulis Pada Sebuah Kapal itu.

Padahal nama NH Dini lekat dalam ingatan semua orang sebagai penulis produktif di masanya. Buku yang ditulisanya memenuhi rak toko-toko buku besar, pertanda sebenarnya dia penulis yang laku keras, banyak disuka. Tapi apalah arti royalti buku?Di usia senjanya ia jauh dari anak-anak dan suami. Secara finansial ia tak berdaya, juga secara ragawi. Idealisme, begitu kejamkah engkau?

Setelah sekian lama saya menjadi ghoswriter (penulis bayangan: membantu orang yang ingin menulis buku dalam pemolesan tulisan, editing, penambahan data, perbaikan gaya bahasa, dsb), saya sudah menerbitkan 1 buku dengan nama sendiri. Sedangkan buku yang saya tulis dan terbit dengan nama orang lain, jauh lebih banyak.

Jika dibandingkan penghasilannya bagai bumi dan langit. Sebagai ghostwriter, untuk buku pesanan klien, saya mendapat nilai rupiah yang sangat lumayan. Hanya saat buku itu terbit, nama saya tak tertera, melainkan nama klien saya. Di golongan ini saya jelas jauh dari definisi penulis idealis menurut NH Dini.
Sedangkan di buku yang terbit dengan nama sendiri, ah, royaltinya bahkan jauh lebih kecil dari hasil jualan pisang goreng di pinggir jalan.

Dan akhirnya dua penerbit besar menyapa saya, meminta saya menulis untuk mereka, dengan nama saya sendiri. Kabarnya mereka melihat tulisa-tulisan saya di Internet lumayan menggugah selera. Oke, saya coba, ya.
Ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Penerbit pertama minta saya ubah gaya bahasa agar lebih gaul ala ABEGE. Sesuai selera pasar, katanya. Penerbit kedua malah ajak saja bikin script komik sains buat menandingi komik sains Korea yang laku keras. Oke..oke..semua saya coba, ya!

Lalu dimanakah idealisme ala NH Dini?

Sebagai penulis bayangan, saya justru bisa lebih bebas menulis yang ada di benak saya. Baik gaya bahasa hingga plotnya, semua semau saya, klien tinggal manut. Sebagai penulis sungguhan, saya justru habis-habisan didikte penerbit. Kemanakah idealisme penulis ala NH Dini?

Apakah JK Rowling adalah paduan sempurna dari idealisme dan kemakmuran? Sedangkan NH Dini adalah simbol idealisme yang kontra kemakmuran? Mau kemanakah saya melangkah?

Sepertinya saya ingin yang idealis namun tetap makmur, walaupun susah. Semi idealis saja? Moderat?

Thursday, January 08, 2009

Saya: Si Murid Goblok Itu


Huaaa! Akhirnya sempat ngeblog juga!
Ini postinganku pertama di tahun 2009 ini. Ampun, sejak Desember kemarin semua proyek mengalir tiada henti, nyaris tidak menyisakan waktu buat bersantai barang sejenak dua jenak (duh tuh istilah!).

Dan di tengah kesibukan itu, mendadak saya seperti tersedot mesin waktu ke masa silam. Beberapa teman SMA mengontak, mengajak bernostalgia. Teman yang sekian belas tahun tak bersua. Lalu berkat Facebook dan YM, teman-teman SMP kembali menyeruak ikutan meramaikan kesibukan saya belakangan ini.

Bersua mereka, saya seperti dihadapkan pada masa "pertumbuhan" di SMP dan SMA saat saya masih setengah manusia. Ya, ada orang yang langsung sadar dirinya manusia begitu memasuki masa remaja. Tapi saya tidak. Masa menjadi bayi sampai SMA bahkan juga kuliah masih masa pembentukan.

Asli deh, di kurun periode itu saya tak tahu mau apa sih hidup ini. Maunya cuma senang-senang, denger Guns N Roses, Nirvana, Bon Jovi, sampai koleksi jadul tapi sadis kayak Judast Priest, Deep Purple, Kiss, aih aih, selera gue parah abis kan? Saya sampai berkata pada seorang teman: "Gue benci masa sekolah, sebab saat itu gue adalah manusia tergoblok di dunia. Gue benci sama guru, matematika, dan tetekbengeknya. Masa sekolah adalah masa paling suram, abad kegelapan. Sebab gue jauh dari sosok siswa berprestasi kebanggaan bangsa. Gue adalah perwujudan musuh semua guru dan orangtua murid."

Temen saya hanya shock. "Masa sih Mer? Perasaan lu dulu imut deh."
Halah! Imut! Hanya satu kata itu yang diingat seorang teman tentang saya di masa silam. Wajar sih, wong dulu saya masih setengah manusia, bahkan jenis kelamin saya pun masih meragukan apakah saya cewek, cowok, atau hermaprodit atau bahkan tak berkelamin.

Lantas, apakah saya sudah manusia seutuhnya saat ini? Yah, minimal saya sudah bisa hidup mandiri 100% sejak selesai kuliah (eh ngga selesai dink, saya drop out!). Walau ngga kelar kuliah, saya merasa sudah menyelesaikan S1 dan skripsi saya: buku yang saya tulis dan sudah terbit di tahun 2007 lalu. Kini saya sedang menyelesaikan tesis S2 saya, sebuah buku yang sudah dipesan Gramedia. Lalu juga menyelesaikan beberapa proyek riset, buku pesanan klien.

Kuliah saya memang bukan di kampus formal seerti mayoritas teman-teman SMP dan SMA saya yang sukses. Kuliah saya adalah kehidupan yang tak kunjung surut ini. Walau sceara formal saya tak pernah lulus kuliah, saya bangga bisa mendirikan laboratorium virtual, Netsains.com yang isinya para dosen, mentri, jurnalis kenamaan, ilmuwan genius. Walau saya dulu langganan dimarahi guru, disetrap karena tak mengerjakan PR, kini saya justru mengedit dan menulis artikel sains setiap hari.

Walau saya bukan idola sekolah, cewek tercantik di kelas, jago basket, murid teladan, tapi saya sudah memiliki rumah sendiri, istana yang saya bangun dengan jerih payah sendiri, seorang putri menggemaskan, dan seorang pasangan hidup yang setia dan baik hati, cerdas dan tidak sombong.

Apakah saya sudah manusia seutuhnya? Tolong jawab dong, temen2...

Monday, December 01, 2008

Indonesia di Mata Seorang Libby..

Berikut adalah komentar dan pertanyaan putri saya Libby, siswa kelas 6 SD. Memang masih anak-anak, tapi dia hobi nonton berita di TV. Syukurlah dia ngga suka sama sinetron atau infotainmen, jadi lumayan OK lah kalau diajak ngobrol politik.

Antiknya, Libby ini sangat kritis dan bawel soal aneka berita di TV. Sampe saya terkaget-kaget mendengarnya. Ini beberapa komentar dia yang terekam dalam kepala saya. Semua murni dan apa adanya, tanpa rekayasa dari saya.


Tentang kunjungan SBY ke even KTT G-20 di Peru dan Brazilia

"Ma, presiden kita tuh cari bantuan ke negara lain ya, sebab negara kita miskin? Jadi SBY ke luar negeri minta mereka bantu kita?"

Komentar saya: "Duh Lib, siapa bilang negara kita miskin?"

Libby: "Lho itu buktinya di berita, orang pada ngantri zakat, BLT, kerusuhan mulu, sengketa tanah, razia kaki lima, miskin semua kan?"

Saya: "Indonesia kaya nak, cuma orangnya masih banyak yang bego, jadi ngga becus ngurus kekayaannya. Makanya kamu sekolah yang pinter biar Indonesia ngga miskin terus.

Libby: "Ah males ah, aku benci matematika. Kalo sekolah ngga ada matematikanya, aku pasti rajin deh."

Saya nyerah deh, sebab saya juga benci matematika dan malas sekolah dulu..hehehe.

Tentang kemenangan Obama jadi presiden AS

Libby: "Wah asik ya Obama menang, Libby bilang juga apa, pasti dia menang, soalnya banyak yang suka, termasuk orang Indonesia."

Saya: "Lho apa hubungannya Obama menang sama kamu jadi merasa asyik?"

Libby: "Iyalah, kan dia dulu pernah sekolah di Indonesia. Libby kan gini-gini nonton berita terus ma, jadi taulah soal itu, gimana sih mama ini."

Saya: "Ya tapi dia bukan presiden Indonesia, jadi mau dia menang apa kalah ya ngga ngaruh2 amat kali, Lib."

Libby: "Siapa tau Indonesia dijadiin satu sama Amerika, jadi kita ikutan kaya, ikutan presidennya Obama juga, asik kan."

Saya: "Mana mau Obama jadi presiden Indonesia, wong orangnya bego-bego..maunya cuma ngambil kekayaan kita aja kali, kayak yang dilakukan mayoritas negara maju pada negara miskin. Lagian orang Indonesia gengsi kali kalo jadi bagian dari Amerika. Bisa perang tuh.."

Libby: "Ya udah, Obama mendingan jadi bintang film aja kayak Will Smith."

Saya garuk-garuk kepala, emang apa hubungannya Obama jadi bintang film kayak Will Smith sama kekayaan Indonesia? Dasar anak kecil, fantasinya melompat-lompat.

Oh ya, waktuTV rajin menayangkan kampanye Pemilu AS dulu, Libby jadi rajin mengikuti. Dan ini berimbas pada cita-cita dan haluan hidupnya.

Libby: "Ma, aku kalo udah gede mau kerja di Voice of Amerika (VOA) aja deh, biar ketemu Obama."

Saya: "Kamu udah gede, Obama udah tua dan bukan presiden lagi, Lib."

Libby: "Ya udah aku jadi penulis komik, jurnalis dan penyiar radio juga deh."

Saya: "Cita-cita itu yang fokus, jangan diborong semua. Malah nanti ngga ada yang tercapai lho saking bingung."

Libby: "Hmmm, ya nanti aja kalau sudah SMA aku baru bisa ambil keputusan. Dulu Obama juga waktu kecil belum punya cita-cita jadi predisen kan?"

Tentang hari AIDS sedunia, 1 Desember.

Libby: "Ma, kondom itu obat biar ngga AIDS ya?"

Saya: "Bukan, itu alat khusus buat cowok biar ngga ketularan AIDS dan menghamili istrinya."

Libby: "Lho kalo istrinya hamil ya biar aja dong, namanya juga istri sendiri kan?"

Kepala saya mulai senut-senut. Baru pulang kerja kok disodori masalah ruwet begini? Hehehehe. Saya berusaha alihkan obrolan dengan menanyakan kabar dia di sekolah tadi gimana.

Tapi ternyata tayangan soal hari AIDS sedunia di TV masih terus megganggu Libby.

Libby: "Ma, kalo monyet perlu pake kondom juga?"

Saya: "Ngga lah, kondom kan khusus buat manusia. Kamu ada-ada aja sih. Ngga sekalian nanya cecak sama kecoak pake kondom ngga? Hehehe"

Libby: "Wah enak ya jadi monyet ngga usah takut kena AIDS."

Saya: "Hus, justru kata orang-orang pinter, AIDS itu asalnya dari monyet."

Libby: "Wah curang, monyet yang menyebabkan AIDS tapi kok dia ngga pake kondom sih?!"

Aduh, saya pusing nih...perasaan dulu waktu seumur Libby, mana peduli saya sama Indonesia, AIDS dan kondom????? Gimana kalo Libby sudah saya bebaskan mengakses Internet? Lebih aneh-aneh lagi pastinya komentarnya...Aaarrghhhh...!

Tentang Isu Adam Malik jadi agen CIA

Di TV ditayangkan wawancara dengan Antarini Malik, putri almarhum Adam Malik.

Libby: "Ma, itu anaknya ya?"

Saya: "Iya, kan tadi tulisannya begitu."

Libby: "Aku sih kalo mama dituduh agen CIA pasti aku belain juga lah. Enak aja main tuduh. Biarpun beneran agen CIA, tetap aku belain."

Saya: "Emangnya kamu tau apa itu CIA?"

Libby: "Yang di film-film kan? Yang temennya FBI?"

Saya: "Iya, yang kerjanya menyamar dan kantornya di Amerika. Kerjanya membela kepentingan Amerika."

Libby: 'Asik, anak buahnya Obama dong."

Saya: "Nanti kamu kalo sudah besar akan tahu bahwa Amerika ngga selalu bagus, nak."

Libby: "Ah masak sih? Buktinya film-film di sini dari Amerika semua, MTV juga, makanan juga, minuman juga. Kalo jelek kan pasti ngga laku."

Saya: "Yang laku itu belum tentu bagus, Nak. Kamu lama-lama akan ngerti sendiri nanti."

Asli nih saya pusing, mau bobo aja. Ngobrol politik memang menyenangkan, tapi ngobrol politik sama anak sendiri usia 12 tahun, adalah beban mental tersendiri dan tanggungjawabnya beraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat banget. Salah ngomong bisa fatal akibatnya. Hehehe.

Semoga Libby yang benci matematika kelak jadi tambah kritis dan memahami seperti apa politik dunia kita yang sesungguhnya. Atau ada teman di sini yang mau menjawab pertanyaan2nya?

Tuesday, November 18, 2008

Judul Film Syur Bangsa yang Berbudaya?


Mas Suka, Masukin Aja
Kutunggu Jandamu
Mupeng
Kawin Kontrak

Itu bukan judul lagu dangdut, tapi judul film Indonesia. Terpampang di baliho dan poster raksasa dimana-mana. Dibaca anak TK, SD, pejabat negara (kalau mereka sudi melihat ke luar kaca mobil), kaum terpelajar dan berbudaya, pendeta, kiyai, ustad, biksu, biarawati, sampai abang beca dan saya.

Indonesia katanya negara berbudaya, baru saja meresmikan UU Pornografi. Tapi judul filmnya ngga nahanin euy....Kutunggu Jandamu, dengan gambar foto diri Dewi Persik pakai baju seksi.

Mas, Masukin Aja...apanya yang dimasukin? Oh Indonesiaku yang berbudaya. Hollywood saja kalah seronok deh judul filmnya.
Indonesiaku yang berbudaya dan antipornografi dan full rohaniawan ini melahirkan film dengan judul-judul syur mirip headline koran kuning.

Oh Indonesia negara berbudaya dan bermoral tinggi sampai PSK diuber2 buat ditahan lalu diperas lalu dilepas lalu ditahan lagi lalu diperas lagi, dipake gratisan sama oknum polisi, lalu dilepas lagi, diperas lagi, sampai mati.

Mas Suka, Masukin Aja...judul film buatan Indonesia, negeri yang berbudaya dan bermoral dan antipornografi. Hahahahahahahahahahahahaha
ha! Sekalian aja bikin film judulnya Kancut dan undang semua pejabat negara pas launching. Gimana? Hahahahahaha!

Sunday, November 16, 2008

Lagi lagi Psikopat...!

Jujur, saya bosan berkisah soal psikopat. Sebab memang sudah muak bersua dengan manusia dengan jenis ini. Tapi kok ya masih saja bersua. 

Definisi psikopat menurut Tante Wikipedia:

Psychopathy is a psychological construct that describes chronic immoral and antisocial behavior.The term is often used interchangeably with sociopathy. Psychopathy has been the most studied of any personality disorder. Today the term can legitimately be used in two ways. One is in the legal sense, "psychopathic personality disorder" under the Mental Health Act 1983 of the UK. The other use is as a severe form of the antisocial or dissocial personality disorder as exclusively defined by the Psychopathy Checklist-Revised (PCL-R). The term "psychopathy" is often confused with psychotic disorders. It is estimated that approximately one percent of the general population are psychopaths.

The psychopath is defined by a psychological gratification in criminal, sexual, or aggressive impulses and the inability to learn from past mistakes. Individuals with this disorder gain satisfaction through their antisocial behavior and also lack a conscience.


Sebentar, psikopat yang saya jumpai memang belum separah itu.

Jadi mereka adalah orang yang awalnya sopan, intelek, selayaknya manusia normal yang terhormat. Saya juga menghormati mereka selayaknya menghormati sesama manusia sesuai koridornya (Busway kali!). Hanya saya tak habis pikir, ketika respon saya yang normal dan cukup penuh respek diartikan berbeda oleh si Psikopat itu. Dia jadi overacting, melenceng dari koridor, dan menimbulkan rasa jijik. Akhirnya saya tidak bisa lagi menghormatinya.

"Kok dia gak malu ya nulis email kayak gitu? Apa dia kira gue ngga akan cerita ke siapa-siapa?"
"Orang gila mana punya malu, Mer!"
"Lha dia bawa2 nama instansi, kan artinya mempermalukan nama instansinya juga."
"Anggota DPR yang korupsi juga ngga punya malu kok"
"Lho kalo anggota DPR kan udah kaya raya, lha ini dia baru merintis karir ilmuwannya, kok malah mempermalukan nama sendiri ke gue yang orang media."
"Psikopat!"


Itulah obrolanku dengan seorang teman di YM saat mengisahkan sepak terjang si Psikopat ini.

Jadi, maaf ya, psikopat yang saya tak sebut namanya di sini. Jika Anda membaca tulisan ini, semoga Anda paham bahwa Anda sudah mempermalukan nama Anda dan instansi Anda. Anda juga sudah membuat penilaian saya terhadap kompetensi keilmuwan Anda sangat buruk.

Wednesday, October 22, 2008

7 Nilai Plus Sebagai Single Mom

Menjadi single mom sebuah kutukan? Sama sekali bukan. Justru itu semacam "kawah candradimuka" yang jika sukses dilalui oleh seorang perempuan akan menjadi kebanggaan tersendiri.

Tulisan ini saya tujukan bagi sesama single mom di seluruh dunia. Bukan untuk memotivasi perempuan menjadi single mom, tapi bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi single mom, apa salahnya merasa bangga dengan status itu? Mengapa? Ini ada 7 nilai plus seorang single mom. Semua saya tulis berdasar pengalaman pribadi saya.

1. Bebas menentukan pilihan
Single mom tak perlu berdebat panjang dengan pasangan untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri atau anaknya. Tak usah ribut apakah si anak boleh les piano atau tidak, boleh beli baju baru atau tidak, dsb. Tinggal diskusi dengan anak, habis perkara.

2. Menjadi diri sendiri
Karena kebebasan mengambil keputusan itu, maka seorang single mom lebih punya jati diri. Dia tak ada di bawah bayang-bayang suami. Dia bebas mau terima promosi jabatan atau tidak, mau ikut lomba menulis atau tidak, mau ambil beasiswa atau tidak. tak perlu banyak cingcong dengan suami yang takut gengsinya terancam. Maka single mom lebih bisa jadi dirinya sendiri.

3. Memupuk leadership
Terbiasa mengambil keputusan sendiri di rumah, membuat single mom memiliki leadership yang baik. Tidak cenderung membebek keinginan orang lain. Ini akan bagus pengaruhnya di tempat kerja.

4. Anak yang mandiri
Anak seorang single mom juga lebih bisa mandiri karena tidak harus menderita batin didikte ayah yang otoriter atau bahkan suka main kasar. Karena ditinggal ibu bekerja, anak itu dituntut lebih mandiri dibanding anak lain. Menjelang remaja dan dewasa dia sudah bisa menjadi perwakilan ibu sebagai kepala keluarga. Hebat bukan?

5. Banyak waktu luang
Karena tak ada waktu spesial yang harus diluangkan untuk suami, maka seorang single mom punya lebih banyak waktu luang untuk diri sendiri, anak, teman-teman, mengembangkan karir dan potensi diri, merawat diri, menikmati hobi, dan sebagainya. Otomatis akan lebih OK PUNYA dibanding yang bukan single mom. Hahaha!

6. Kasih sayang berlipat ganda
Ya, anak kita akan mencurahkan semua perhatian dan kasih sayangnya hanya pada kita seorang, tak ada "saingan". Dia akan super duper sayang pada ibunya yang dilihat sudah berjuang seorang diri demi dia. Luar biasa bukan?

7. Kebanggaan luar biasa
Jika anak kita sukses kelak, kita punya kebanggaan luar biasa sebab sudah melalui begitu banyak masalah pelik sebagai orang tua tunggal. Kebanggaan yang lebih dibanding orang tua "normal".

Semuanya memang tak begitu saja bisa dijalani dengan mudah. Banyak tantangan dan problem menghantui yang kadang bikin kepala mau pecah. Ya, saya sangat paham itu. Tapi so far, saya dan putri semata wayang saya Libby masih bisa tersenyum bahagia seperti foto kami di atas.

Go single mom all around the world!

Wednesday, October 15, 2008

Status "Busy" di Yahoo Messenger: Jualan Busi Motor, Mas?


"Halo Mer, lagi sibuk?"

Sapaan yang standar, terlalu sering dipakai oleh siapa saja. Biasanya saya agak bingung menjawab. Sibuk??? Kalau menurut Sinchan si anak kecil nakal karakter komik Crayon Sinchan, semua orang selalu sibuk. Sibuk bersantai, sibuk tidur, sibuk makan, sibuk bernapas, sibuk nonton TV, sibuk membaca, sibuk cari pacar, dan seterusnya.
Bisanya saya akan menjawab basa-basi di atas dengan: "Biasa aja". Ya gimana lagi, saya suka bingung mendefinisikan kata sibuk dalam hidup saya.

Setelah berpengalaman bekerja yang disertai deadline, akhirnya saya putuskan bahwa "sibuk" adalah kondisi dimana saya sedang dikejar deadline, ditungguin bos, diharuskan fokus ke meeting, dan sejenisnya. Tapi dasar saya orang yang sejak dulu berprinsip "jangan sampai pekerjaan menganggu kesenangan", maka saya tetap saja bingung dengan apa itu "sibuk". Yang jelas, sibuk adalah saat saya sedang asyik nonton film seru, tau-tau air mendidih minta diangkat, ponsel berbunyi minta diangkat, tetangga ngetok pintu rumah, lalu perut saya mules akibat panggilan alam dalam waktu bersamaan. Kondisi dimana saya sudah tak sanggup lagi memutuskan mana yang harus dikerjakan lebih dulu, itulah sibuk versi saya. Tak peduli itu masalah kerjaan, percintaan, persahabatan, kesenangan duniawi, dan sebaginya.

Namun banyak orang menggunakan kata "sibuk" sebagai alasan bahwa dia tak mau diganggu. Bos yang ingin melamun jorok di kantornya akan menyuruh sekretarisnya menolak semua tamu dengan alasan "bos lagi sibuk". Orang yang sedang mau asyik masyuk chat dengan pacarnya akan memasang status "busy" di Yahoo Messenger-nya.
Jadi jika ada teman atau rekan kerja menolak ajakan Anda untuk makan atau ngobrol dengan alasan "sibuk", itu tak berarti dia sungguhan sibuk kerja, melainkan dia memang lagi malas dengan Anda. Hahaha!

Eh, ada kalanya saya juga sok sibuk kok. Yaitu saat saya sedang serius kerja agar cepat kelar dan cepat makan lalu pulang. Kalau sudah begitu akan muncul komentar:

"Gile Mer, ritme kerja elu kayak orang Jepang," celetuk seorang teman kerja di kantor lama.
"Wah rajin amat jam segini kerjaan udah kelar," celetuk lainnya.

Hei hei, ingat prinsip saya di atas tadi: "jangan sampai pekerjaan menganggu kesenangan". Jadi kalau pekerjaan saya cepat selesai jauh sebelum deadline, itu karena saya ingin punya waktu lebih banyak untuk hal lain di luar kerja. Kesenangan yang saya maksud tak selalu hura-hura, namun waktu yang lebih berkualitas bagi saya. Hidup bukan untuk diperbudak oleh kerja saja, toh?

Jadi kalau saya bekerja super serius dengan kecepatan Pentium 10, itu bukan karena saya super duper rajin, tapi karena saya ingin segera bisa melakukan hal lain di luar urusan kerja. Saya bukan tipe manusia yang senang diperbudak pekerjaan. Kalau kata Mario Teguh, tidak selalu orang yang bekerja hingga lelah akan mencapai keberhasilan. Masalahnya adalah kualitas, bukan kuantitas. Buat apa kerja 24 jam sehari kayak sapi perahan tapi tak kunjung kaya, moril maupun materil?


Lalu kalau saya online di Yahoo Messenger jam 10 malam minggu, anehnya ada saja yang menyapa:
"Lho masih online? Belum kelar kerjaan?"

Hahaha! Sejak kapan chat di Yahoo Messenger masuk kategori kerja? Alangkah kasihannya orang yang berpandangan begitu. Mungkin penjaga warnet?