Mencari jeans atau celana panjang baru di toko saat ini agak sulit yang sesuai selera saya. Rata-rata model hipster. Apa itu? Bagi pengikut perkembangan fashion, istilah hipster bukan hal baru. Ini adalah celana yang marak digilai pengguna jeans sejak sekitar 3 tahunan lalu di
Indonesia. Sebenarnya retro dari
gaya tahun 1960-an. Masih bingung? Jika kamu sering lihat orang memamerkan pinggul atau sebagian celana dalamnya di bagian belakang, nah itulah jeans hipster.
Kenapa saya ngga suka hipster?
Pertama, saya adalah pelanggan mikrolet. Sudah teramat sering saya lihat bagaimana penumpang mikrolet terutama perempuan memamerkan sebagian besar bagian pinggul belakang berikut dengan underwear-nya saat turun. Pada momen ini, posisi tubuhnya otomatis nungging, sehingga memantati penumpang lain yang masih di dalam mikrolet. Pemandangan itu tak selalu disambut baik oleh yang melihatnya. Ada yang mengernyit jijik. Ada yang senyum-senyum meledek. Ada yang terpesona oleh keberaniannya. Ada yang ngiler (ini biasanya cowok). Dan sebagainya. Pokoknya mayoritas adalah sambutan negatif.
Masih bagus kalau ada usaha untuk menampilkan pemandangan indah: underwear yang bagus, indah, bersih. Masalahnya, para pengguna hipster ini kok ya ceroboh kerap memakai underwear ala kadarnya. Yang kolornya sudah kendor, bahkan agak sobek, dekil, dan semua yang tidak menarik mata. Duh, jangan pake hipster deh kalo ngga modal underwear keren. Memalukan!
Maaf, saya tidak mau dibegitukan.
Kedua, saya dan teman-teman sering memergoki bagaimana para pecinta hipster secara sengaja atau tidak memamerkan pemandangan menjijikan: belahan pantatnya tersibak ke seantero dunia. Biasanya ini terjadi saat si pemakai hipster duduk atau jongkok. Kaosnya tertarik ke atas, celana hipster kebanggaannya melorot ke bawah. Muncullah sebagian besar underwear-nya. Yang parah, ternyata underwear itu ikut merosot, sehingga yang nampak adalah belahan pantat. Akan bagus jika tubuhnya ramping, kulit mulus, sehingga terkesan sexy. Bahayanya, sebagian besar pemamer belahan pantat ini justru mereka yang gembrot dengan lemak dimana-mana. Ditambah pantat dan pinggulnya tidak mulus. Atau ramping namun bagian dekat-dekat pantat justru menghitam entah kenapa.. Mungkin dia terlalu sering jemur pantat atau malah area itu ngga pernah dibersihkan. Huek!!!
Walau pinggul saya ramping dan pantat saya tidak budukan, MAAF, saya tidak sudi memamerkannya.
Ketiga, saya sering sekali mendengar komentar para lelaki terhadap perempuan pemakai hipster. Komentar yang tidak menyenangkan rata-rata.
“Gile, gue puas ngeliatin pantat bugil tadi. Mau ereksi aja rasanya. Bisa-bisa gue cari toilet terdekat deh.”
“Wah, kolornya G-string. Jangan-jangan pemain bokep!”
“Tuh cewek ngga tau malu ya, pantat burik aja dipamerin kemana-mana.”
“Gue seneng kalo punya cewek suka pake hipster. Gampang dirogoh. Hahaha!”
Aduh, terimakasih banyak. Walau saya dikasih jeans hipster merk ternama yang harga jutaan, lebih baik saya jual lagi atau dijadikan celana tidur. Lain cerita kalau tubuh saya sesempurna cewek di foto yang saya tampilkan diblog ini. Itupun dengan catatan: sudah tidak naik mikrolet atau metro mini. Dan saya punya segudang koleksi underwear keren buat diintip.