Tuesday, January 10, 2006

Stop Jadi Manusia Pengeroyok


Ini sudah terjadi berkali-kali. Hanya baru sekarang saja saya punya kepedulian untuk menulis. Tiap jam makan siang, saya ditanya teman, “Sudah makan?” Kebetulan saya setelah liputan sempat mampir di sebuah gerai restoran waralaba. Jadi saya jawab sudah. “Dimana? Sama siapa?” Saya sebutkan nama restoran itu sambil menjawab bahwa saya makan sendiri.

“Ih, apa enaknya sih makan sendirian? Ngga iseng? Ngga takut digodain cowok?” Teman tadi gusar. Komentar serupa sudah sering saya dapat kalau memang kebetulan saya habis makan sendirian. Dan selalu saja pemberi komentar itu teman perempuan, entah itu teman sekerja, teman (dulu) kost, teman (dulu) kuliah atau teman gaul.

Atau misalnya jam makan tiba, para teman ini sibuk mencari “teman” untuk makan. Bukan hanya makan, aktivitas lain pun seolah diwajibkan untuk dilakukan bersama-sama. “Temenin gue beli buku yuk, temenin gue ke salon yuk, temenin gue nonton,” dan sejenisnya. Kalau saya jawab, “Sana aja sendiri, emang kenapa sih?” Maka jawabannya hamper seragam,” Nggak enak sendirian. Iseng.”

Bahkan ketika saya melakukan beragam aktivitas seorang diri, maka saya akan dikritik. “Seneng amat sih jalan-jalan sendirian. Nggak punya temen?” Atau dikomentari cowok usil, “Sendirian aja Neng? Mau abang temenin?”

Semua sikap untuk selalu melakukan kegiatan bersama-sama itu justru tidak masuk logika saya. Aneh. Gila. Di zaman serba sibuk, di masa dimana setiap manusia punya tuntutan untuk mencari pendapatan ekstra, pencarian arti diri dan kerja lebih keras, serta lalu lintas sedemikian macet hingga menyulitkan kita untuk bertemu dengan sahabat karib, sudah selayaknya kita menjadi manusia mandiri. Bukan indvidual, tapi mandiri.
Anehnya, sikap mandiri ini diidentikan dengan tidak mau bergaul.

Come on guys, bergaul itu ada masanya. Saya sudah puas bergaul di masa sekolah dan kuliah dulu. Sampai studi berantakan akibat begadang melulu tiap malam demi bergaul. Saya juga punya jadwal khusus untuk bergaul, hang out dengan teman-teman gila-gilaan. Tapi apakah itu berarti setiap aktivitas harus dilakukan bersama-sama? Apa salahnya duduk di kafe sendirian menikmati secangkir kopi nikmat? Takut diganggung cowok? Ganggu aja lagi. Apa salahnya jalan-jalan ke mall sendirian? Bahkan dulu selagi kuliah saya sering hiking sendirian dan justru mendapat kenalan baru.

Ayolah cewek-cewek sekalian, jangan puas diri menjadi manusia keroyokan. Nengok teman sakit rame-rame. Nonton harus rame-rame. Ada saatnya kita melakukan aktivitas bersama-sama, tapi itu sangat in case. Banggalah menjadi manusia mandiri. Nikmati kesendirianmu. Ada kalanya kesendirian itu sangat berharga.