Kalau seorang ayah berbuat “sedikit” saja kebaikan bagi keluarganya, maka seluruh dunia akan memujanya. Padahal setiap detik, miliaran ibu di dunia mengorbankan waktu, keringat, doa dan tenaganya bagi keluarganya tanpa pamrih sedikit pun. Tak ada pujian sama sekali.
Kalau seorang lelaki meninggalkan rapat demi anak yang sakit di rumah, seisi ruangan rapat akan terpesona. “Oh, dia sungguh ayah yang sayang anak.”
Giliran seorang ibu bekerja minta izin pulang cepat sebab anaknya demam, maka seisi kantor akan mengomel, “Dasar perempuan karir ngga becus ngatur waktu.”
Kalau seorang suami berselingkuh, maka orang akan berkomentar, “Pasti istrinya ngga becus ngelayanin suami. Wajar aja dia selingkuh. Namanya aja lelaki.”
Ketika seorang istri selingkuh, orang akan mencaci, “Dasar pelacur ngga tau diri, perempuan najis, amit-amit jabang bayi! Jangan sampe laki gue diembat dia! Perek!”
Kalau seorang cowok belum menikah di usia 35, sekitarnya akan berkata, “Pasti dia sibuk mikirin karir. Belum nemu cewek yang pas buat jadi istrinya. Hebat, pandangannya jauh ke depan.”
Tapi jika perempuan masih melajang di usia 30, orang berujar, “Wah, perawan tua kagak laku. Kasian amat. Pasti karena terlalu pemilih, sok sempurna. Apa dia dikutuk ya? Dosa apa dia?”
Oh dunia patriarkis!
Tuesday, August 29, 2006
Subscribe to:
Posts (Atom)