Wednesday, August 13, 2008
Kembali ke Pasar...
Sejak bekerja secara telecommuting alias mobile, saya jadi punya banyak waktu untuk melanglangbuana ke pasar tradisional.
Jadi terkenang masa kecil silam, dibawa nenek belanja ke pasar. Becek, bau sayur mayur, buah dan sampah, ikan, daging, sungguh aroma pasar. Dulu tangan saya sering iseng mencomot kacang mentah yang dipajang pedagang pasar, lalu memakannya begitu saja.
Seperti kebanyakan perempuan bekerja lain, saya akui saya lebih didominasi berbelanja ke pasar swalayan ketimbang tradisional. Berbelanja dengan dandanan masih ala baju kerja yang rapi, make up komplit. Tapi akhirnya kini saya kembali ke pasar tradisional. Seperti masa kecil saya dulu. Dan saya jadi paham kenapa ibu-ibu lebih suka berbelanja ke pasar tradisional.
Alasan saya sih:
1. Di pasar tradisional, harga bisa ditawar sampai miring.
2. Tawar menawar itu bisa diiringi obrolan sok akrab. Kalau beli baju atau kain biasanya yang dagang orang Padang, maka saya belagak jadi orang Padang dengan sok akrab memanggilnya "Uda" atau "Uni". Kalau belanja makanan biasanya pedagangnya orang Jawa, maka saya mengeluarkan kemampuan saya berbahasa Jawa.
3. Dalam berkomunikasi, saya bisa bebas apa adanya tanpa sok terpelajar atau sok intelek. Ngomong ya bisa main ceplos aja. Sebuah kepolosan yang kadang tak bisa kita hadirkan di pasar swalayan keren ber-AC dan dandanan penjaganya saja kadang lebih cantik dari kita, hahaha!
4. Saya juga tidak usah memikirkan penampilan. Mau wajah keringetan, lipstik luntur dan bedak pudar, bodo amat. Wong yang dijumpa ya mbok-mbok dan mas-mas pasar atau kondektur angkot. Ngapain mikirin penampilan?
5. Penuh kenangan masa kecil nan indah bersama mendiang nenek.
Ya, saya cinta pasar tradisional.
Subscribe to:
Posts (Atom)