Thursday, May 25, 2006

Buku Bodoh dari Penulis Lelaki Bodoh



Belakangan ini saya sering menemukan buku aneh-aneh di toko buku. Saya lupa judul pastinya, yang jelas buku aneh itu misalnya berjudul "Kesalahan yang Banyak Dilakukan Perempuan dalam Berbisnis", atau "Bagaimana mengetahui Lelaki itu Tidak Benar-benar Mencintai".

Yang membuat saya geli adalah, judul-judul itu bodoh sekali. Mungkin yang bodoh memang penulisnya, atau penerbitnya, atau justru mereka sengaja ingin membuat perempuan terkesan sebagai mahluk bodoh. Sedemikian bodohnya sampai harus ada buku khusus tentang melakukan sesuatu atau menanggapi sesuatu.

Karena penasaran, saya membaca selintas salah satunya. Di satu buku dikatakan perempuan sering gagal dalam berbisnis karena jarang mengucapkan istilah-istilah ekonomi yang berkesan keren seperti "revenue", "BEP" dan sejenisnya. Dinasihatkan agar perempuan lebih banyak mempelajari istilah-istilah itu dan mengucapkannya pada even tertentu agar lawan bicara merasa terkesan.

Buku lain sangat remeh sekali isinya, yakni bagaimana perempuan mengetahui apakah seorang lelaki benar-benar mencintainya atau tidak. Hmm, kalau tak salah penulisnya adalah penulis Sex and The City. Di buku itu dibeberkan tanya jawab antara beberapa perempuan yang bingung mengartikan respon lawan jenis mengenai perasaan cintanya dengan sang penulis. Misalnya, "Mengapa dia tidak meneleponku?" atau "Mengapa dia tidak mengajakku menikah?". Yang menjengkelkan, penulis lelaki menjawab semua pertanyaan itu dengan nada yang merendahkan si penanya. Padahal jelas penanya adalah tokoh rekaan si penulis sendiri. Menggelikan!

Lalu kembali saya merenung. Kenapa para lelaki membuat buku-buku khusus untuk perempuan dan mengajari mereka bagaimana seharusnya berbuat atau bersikap. Apakah para lelaki itu sudah pernah menjadi perempuan? Atau justru mereka sesungguhnya perempuan?

Come on, tidak ada yang bisa memahami perempuan kecuali perempuan itu sendiri. Berhentilah menulis buku-buku bodoh dengan judul bodoh dan isi bodoh untuk perempuan. Kami sudah tahu apa yang harus kami perbuat tanpa harus membaca buku-buku bodoh yang dibuat oleh penulis lelaki bodoh.

Thursday, May 18, 2006

Tak Berjudul

..dan aku tak lagi mau berpuisi
tapi apa daya hidup begitu indah
sampai-sampai kunikmati debu jalanan menerpa wajah
dari jendela metro mini dan bajay
nyaris setiap hari

..dan aku pernah bersumpah, tak mau lagi bersastra
namun apa daya hari-hari teramat merdu
semerdu kaleng rombeng pengamen cilik yang dipukulkan ke tangannya yang kapalan
memekakan gendang telinga
sementara bau tengik bajunya merangsek ke lubang hidung

kurasa ini bukan puisi
sebab aku benci puisi
bukan pula sastra
sebab dunia sastra penuh pura-pura
jadi apa?
timbunan kata saja, barangkali

Thursday, May 11, 2006

The Strong Lady Behind A Man

Pagi tadi, pukul 6.15 pagi, aku melihat seorang ibu setengah baya sibuk mengangkati botol dan jirigen bensin. Banyak dan berat. Dari rumahnya menuju ke lapak penjualan bensin eceran di pinggir jalan. Itu bukan yang pertama kali, tapi setiap hari, setiap pagi.
Lapak bensin eceran itu milik suaminya. Pagi tadi aku iseng bertanya pada ibu kurus, agak tua tapi perkasa tersebut.

“Kok ibu yang ngangkuti bensin-bensinnya? Suami ibu kemana?”
“Masih tidur, neng. Jadi saya yang ngisiin jirigen, sekalian ngangkatin kesini. Ntar agak siang dia baru yang jualan.”
“Ibu bangun jam brapa tadi?”
“Wah, jam 3 juga udah bangun, neng. Masak, ngisiin bensin, bebenah. Bentar lagi mau nyuci ama ke pasar,” ia menjawab dengan senyum sumringah.
“Suami ibu kerjanya hanya jualan bensin aja kan? Ngga ada kerjaan lain?”
“Ngga neng. Itu juga cuma sampe siang. Udahnya ngaso di rumah. Saya jadi tukang cuci di tempat kos mahasiswa.”


Perbincangan sederhana itu membuat saya berpikir rumit sekali. Kalau saya tidak salah, penjaga lapak bensin itu seorang lelaki bertubuh tinggi besar. Saya hapal karena tiap hari melalui jalan itu. Alangkah mirisnya, lelaki tinggi besar gagah kerjanya hanya jaga bensin eceran dan ngaso di rumah. Sementara istrinya yang kurus kering kerja keras mengurus rumah, mengangkuti jirigen berat, bangun jam 3 pagi. Belum urusan anak-anak.

Saya sangat salut pada ibu kurus itu. Betapa semangat dan tenaga luar biasa tersimpan di tubuhnya yang renta. Dan suaminya di mata saya tak lebih dari MONYET TOLOL PEMALAS TAK PUNYA OTAK DAN PERASAAN.

Jadi ingat kisah seorang teman lelaki yang berprestasi di kantornya. Dipuji atasan sebagai orang pintar membuat surat perjanjian dalam bahasa Inggris. Usut punya usut ternyata istrinya di rumah yang membuatkan surat itu. Istrinya waktu kuliah jurusan sastra Inggris dan langganan dapat IP 3,8. Si suami yang dulu hanya mahasiswa tolol jadi naik pangkat berkat jasa sang istri membantu pekerjaannya.

Hmmm mau tak mau ingat almarhumah Bu Tien, ex ibu negara kita. Setelah beliau wafat, karir politik suaminya, ex presiden Soeharto, terus merosot. Sudah banyak yang tahu bahwa di balik kejayaan Soeharto dulu, ada jasa Bu Tien yang sangat luar biasa membantu. Ibu manis berlesung pipit itulah yang sesungguhnya The Strong Lady Behind a Man. Tabik buat para perempuan luar biasa di seluruh dunia!

Thursday, May 04, 2006

Don't Hate Me Because I am Pretty!


Seorang teman menulis dalam blognya, “Apakah cantik itu menguntungkan?” Hmmm. Jadi ingat cerita nenek saya almarhum. Nenek yang saya panggil “mama” sejak kecil itu bertutur begini kira-kira: “Kalau ada dua gadis yang sama-sama pintar, satu cantik dan satu jelek maka yang akan sukses justru yang jelek.”

Saya yang waktu itu masih sangat belia nengerutkan kening karena heran. “Kenapa bisa begitu?”

Beliau menjawab, “Sebab yang cantik akan banyak mengalami godaan dari lelaki dan terganggu perjalanan karirnya. Sementara yang bermuka jelek tidak akan mengalami banyak godaan, sehingga pelajaran sekolah dan pekerjaannya akan berhasil.”

Saat itu saya mungkin masih berusia 10 atau 11 tahun. Tidak tahu apa yang dimaksud dengan “godaan lelaki”. Jadi saya hanya terdiam dalam kebodohan. Mengiyakan saja tanpa tahu pasti apa maknanya.

Selang beberapa tahun kemudian, ketika menginjak masa remaja, saya mengalami juga yang namanya “godaan lelaki”. Mulai banyak teman lelaki yang menawarkan jadi teman dekat. Melihat lelaki tampan pun saya terpesona. Konsentrasi ke pelajaran mulai terganggu. Itu terus berlangsung berulang-ulang sampai kuliah. Sebaliknya, teman perempuan saya yang tidak terlalu banyak “dilirik” lelaki tidak sebegitu terganggu seperti saya. Sekolah dan kuliahnya berjalan lancar tanpa banyak gangguan lawan jenis.

Bukan saya mengkategorikan bahwa saya cantik dan teman saya itu jelek. Sama sekali bukan. Mungkin saya beruntung mewarisi senyum manis mendiang nenek dan ibu saya. Mungkin itu yang membuat saya mengalami banyak “godaan lelaki” seperti yang dikatakan nenek saya tercinta dulu.

Hari ini, saya sudah berhasil melalui saat-saat sulit dimana “godaan lelaki” begitu berat rasanya. Sudah bisa bangkit dari keterpurukan akibat “godaan lelaki”. Thanks God!
Tapi kadang saya masih mengalaminya juga. Namun berkat kedewasaan dan kebijakan yang tumbuh seiring usia, godaan itu dapat saya netralisir sendiri.

So, apakah cantik itu menguntungkan? Kadang ya, kadang tidak. Tak heran kalau Eka Kurniawan menulis buku “Cantik Itu Luka”. Dan ada juga T-shirt bertulis, “Don’t hate me because I am Pretty!”.

Saya bilang cantik lho, bukan sexy. Hmm para penentang pornoaksi dan pornografi tidak membenci perempuan cantik kan? Hehehe.