Friday, February 17, 2006

Layakkah Lelaki Disebut Manusia?

Peristiwa ini terjadi sudah lama sekali. Sebuah pengalaman yang menambah kuat memori di otak saya bahwa memang setiap lelaki harus diwaspadai.

Masih ingat betul, pagi itu saya naik mikrolet menuju sekolah. Saya masih kelas 2 SMP. Sekitar pukul 6.30, mikrolet dan jalanan lumayan sepi. Dalam mikrolet hanya ada saya, kondektur (zaman itu mikrolet masih pakai kondektur lho), dan seorang anak perempuan SD. Di sebelahnya seorang bapak yang mulai tua. Gemuk, jelek, ubanan.

Saya tidak memperhatiakan kedua penumpang tadi. Sampai akhirnya saya lihat si bapak tua jelek itu menempelkan tubuhnya ke anak perempuan SD yang saya duga masih usia 10 tahun. Tubuh mereka makin menempel. Si bapak tua teesenyum senang. Si anak SD wajahnya panik, merasa tak nyaman.

Awalnya saya kira mereka itu ayah dan anak atau kakek dan cucu. Tapi ketika si bapak tua jelek sialan itu turun, si anak tidak ikut turun. Dia menangis. Saya jadi bingung. Apa dia dicopet?

"Bapak tadi mencet-mencet anu saya mbak...huhuhuhuhuhuuuuuu..." Anak berwajah manis nan innocent itu mengangkat tas ransel yang menutupi pahanya. Ternyata waktu bapak bangsat tadi menempelkan tubuhnya ke anak manis ini, tangannya menyelinap ke balik tas si anak yang dipangku. Dan tangan itu mempermainkan kemaluan si anak!!!

Waktu itu saya masih SMP. Masih naif, bodoh dan polos. Saya hanya bingung saja. sang kondektur yang tahu kejadian itu hanya tertawa. Kondektur itu laki-laki.

Sekian tahun berlalu, saya akhirnya sadar. Alangkah biadabnya bapak tua sialan itu. Anak SD tadi bisa jadi bukan korban pertamanya. Si kondektur juga tidak punya otak. Sudah tahu ada anak kecil ketimpa musibah malah diketawai.

Wahai laki-laki, apakah kalian layak disebut manusia?