Thursday, July 24, 2008

Netsains Ressurection


Yeah..akhirnya Netsains.Com bangkit kembali dengan desain dan sejumlah fitur baru. Bikin aku kembali bersemangat menulis dan menggalang networking.

Thanks berat buat Soetrisno da Didik yang bekerja keras merealisasikannya kembali. Setelah sempat jatuh akibat mismanajemen di masa lalu, kini kami berusaha membenahi kinerja dengan lebih rapi dan baik. Semangat saja tidak cukup, tetap harus ada pengelolaan yang bagus.

Pada Netsains.Com ini sejak awal aku selalu lebih dudukung oleh teman-teman cowok. Bisa jadi karena larinya ke masalah teknis yang sangat diandalkan dalam mengelola sebuah situs. Sudah begitu, konten situsnya sains popular pula, yang mayoritas bercokol adalah kaum Adam.

Kalaupun ada dukungan dari teman cewek, lebih bersifat kontribusi konten, pemberi semangat atau ikut memeriahkan saat ada copy darat. Namun dalam keseharian berkutat hal teknis, saya lebih banyak dibantu teman cowok.

Walau tidak memiliki latar pendidikan formal sains dan teknologi, saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan dunia ini. Bahkan akhirnya jatuh cinta juga dengan salah satu ilmuwannya. Hahaha!Memang di awalnya dulu ada saja yang memandang sebelah mata, bagaimana mungkin cewek tanpa latar pendidikan sains dan teknologi bisa menjalankan situs komunitas sains? Bagusnya rasa skeptis itu berangsur bisa saya tepis perlahan, mengingat kini Netsains.Com sudah memiliki cukup banyak dukungan dari kalangan sains.

Saya jadi ingat film Legally Blonde dimana seorang pengacara perempuan diremehkan akibat tampil cantik dan beda dengan stereotip pengacara. Tapi akhirnya terbukti pendekatan psikologi seorang perempuan lebih mempan dibanding kaum Adam yang kaku dan "lempeng".

Stereotip cewek dalam bekerja adalah lebih perfeksionis dan cerewet dibanding cowok. Mungkin ada benarnya. Jadi saya acungkan jempol buat teman-teman cowok yang sabar menampung kecerewetan saya selama ini. Hahaha.

Friday, July 11, 2008

Good Woman for a Good Man. Bad Woman for a Bad Man


Dangduter Kristina gugat cerai ke-2 kali akibat mendengar rekaman percakapan suaminya di telepon yang meminta disuplai perempuan penghibur.
Yuni Shara sudah sukses cerai setelah mantan suaminya terancam bangkrut pasca kasus penipuan dan sempat masuk penjara.

Good woman for a good man. Bad woman for a bad man.

Dulu, saya sempat menyesal tidak bisa jadi cewek matre. Padahal ada cowok kaya tukang gonta ganti mobil yang mau memacari. Saya justru pilih cowok gembel yang kemana-mana naik bis.

Dulu, saya diwanti-wanti nenek agar mencari suami kaya atau punya jabatan agar hidup tidak susah. Sebab hidup bukan cuma makan cinta. Saya malah pacaran sama cowok miskin, jelek, dan brengsek.

Waktu berlalu, dan didapati bahwa cinta tetap harus pakai logika. Logika pun tetap harus dengan nalar dan instring super tajam.

Kaya raya, jabatan tinggi, bukan berarti hatinya baik.
Miskin dan jelek tetap tak menjamin moralnya bagus.
Wajah ganteng tidak selamanya playboy, tapi juga banyak yang brengsek.

"Perbaiki dirimu, Insya Allah kau akan dapat yang baik juga. Good woman for a good man. Bad woman for a bad man"
Suara itu datang dari dalam hati.

Akhirnya, saya dapat juga lelaki baik itu, setelah saya berangsur membaik juga.
Bukan anggota DPR, pejabat tinggi atau pemilik mobil mewah yang bergonta-ganti. Namun semoga bukan yang suka minta disuplai cewek penghibur. Dan semoga juga tidak akan pernah terjerat pasal-pasal penipuan atau kriminal. Atau pun terlibat KDRT *hehehe*.

Dia adalah lelaki sederhana yang mengutip kalimat ayahnya yang bijak, "Sains adalah pertempuran untuk kemanusiaan."

Buat teman sesama kaum Hawa yang masih mencari, usahakan jangan jadi Kristina atau Yuni Shara, ya... Jabatan dan kekayaan memang menyilaukan mata .. tapi seperti kata Milan Kundera: "Kita kadang tak tahu apa yang kita inginkan, sebab kita semua baru menjalani hidup sekali ini. Jadi tidak ada pembandingnya dengan kehidupan lain. Kita adalah aktor yang bermain dalam film tanpa latihan lebih dulu..."

Tuesday, July 01, 2008

Gombalita!

"Ini dengan Mbak Merry? Hallo Mbak, masih di desk IT? Ooohh apa??? Sudah bukan jurnalis??? Ohhhh.."
*Nada kecewa lalu buru-buru pamit tutup telpon.*

Takut rugi pulsa, Neng? Lho kan biaya pulsa sudah dimasukan ke dalam management fee ke klien vendor?

Seorang teman bersaksi, sejak bukan jurnalis, "teman-teman" (ingat, teman dalam tanda kutip) PR Agency menjauh perlahan tapi pasti. Dan begitu kembali jadi jurnalis, mereka kembali menyerbu.

Public Relation (PR) ? Fake smile. Fake friends. Begitu seorang karib beropini.

Memang betul 99,99999999999999%!

Ngajak jalan, ngajak nonton, ngajak makan, hang out or whatsoever. Semua dibebankan ke management fee klien lah. Dengan pamrih akan ada tulisan bagus soal kliennya. Lomba nulis jurnalistik? Lomba foto jurnalistik? Ah, kedok tipu-tipu zaman batu! Door prize? Goody Bag? Rayuan basi!

One on one intervieu, sekian puluh juta masuk kantong dia, jurnalis cuma dikasih T-Shirt dan coffee break. Dandananmu wangi, gincumu tebal, berkat tulisan manis para jurnalis. Senyummu palsu di balik gincu bau...demi agar jurnalis meliput dan sengsara menerjang macet jalan raya demi gol komisi dan bonus proyekmu.

Gombalita!