Monday, April 10, 2006

Mayang-Bambang dan Gusti-Nia

Bagi pehobi infotainmen Indonesia, tentu setuju kalau saya bilang ada dua hot gossip yang sedang merebak saat ini.
1. Kelahiran bayi Mayang Sari-Bambang Trihatmojo
2. Tuntutan cerai Gusti Randa kepada istrinya, Nia Paramita.

Tunggu dulu, jangan tuduh saya wartawan gosip. Saya pribadi bukan pehobi infotainmen. Kebetulan pembantu dan kakak perempuan saya yang orang rumahan adalah pecandu acara itu. Jadi mau tak mau saya sedikit terkontaminasi.

Hot gossip pertama adalah tentang hubungan gelap Mayang-Bambang yang tidak pernah ada woro-woro menikah, tahu-tahu sudah “brojol” bayi. Padahal Bambang yang anak mantan presiden Soeharto itu sudah punya istri resmi, Halimah.

Jelas bahwa pangkal masalahnya adalah: Bambang selingkuh dengan Mayang sampai Mayang hamil. Tapi sejauh ini belum terdengar berita Halimah menuntut cerai atau membeberkan kebusukan suaminya ke publik. Terkesan Halimah adalah istri yang penyabar, baik dan pasrah.

Hot gossip kedua adalah Gusti Randa yang menuntut cerai istrinya Nia Paramita karena Nia dituduh selingkuh sampai hamil dan aborsi. Semua tingkah polah Nia dibeberkan oleh Gusti ke publik. Masyarakat otomatis menuding Nia adalah istri tukang selingkuh yang tidak bermoral. Penghianat suami. Pelacur. Dan semua tudingan buruk lain.

Dalam hati saya bertanya, “Kenapa Bambang tidak dituding sebagai suami tukang selingkuh, pelacur lelaki yang tidak bermoral?”

Kalau ditilik, kedua kasus tadi punya persamaan: sama-sama tentang pasangan yang tidak setia terhadap pasangannya sampai berakibat kehamilan pada perselingkuhannya. Tapi jelas terlihat bahwa Nia lebih banyak memetik kepahitan ketimbang Bambang. Suaminya yang pengacara (agak) ganteng itu tanpa segan membuka aib rumah tangganya. Sangat kontras dengan Halimah yang diam seribu basa. Padahal keduanya sama-sama korban penghianatan pasangan.

Kembali saya bertanya-tanya. Alangkah kasihan jadi perempuan. Harus selalu tabah walau dikhianati. Giliran berkhianat, harus menanggung malu dicerca suami sendiri dan masyarakat. Sebaliknya, lelaki justru selalu dimaklumi kalau mencak-mencak mirip orang gila saat dikhianati pasangan. Tapi ketika mereka berselingkuh, tak seorang pun berani mencerca.

Betapa adilnya dunia!!!