Penulis idealis menurut NH Dini adalah penulis yang hanya mau menulis apa yang ada di benaknya, tanpa didikte siapapun, termasuk penerbit.
Hasilnya, kini dalam usia senja, NH Dini menderita hepatitis B selama nyaris 10 tahun. Ia mendiami panti werda Wisma Langen. Terpaksa menjual lukisan-lukisannya untuk berobat. Ia juga sempat mendapat bantuan dana dari gubernur Jawa Tengah. Teman-teman sesama sering mengadakan pengumpulan dana buat pegobatan sejumlah penyakit yang diderita penulis Pada Sebuah Kapal itu.
Padahal nama NH Dini lekat dalam ingatan semua orang sebagai penulis produktif di masanya. Buku yang ditulisanya memenuhi rak toko-toko buku besar, pertanda sebenarnya dia penulis yang laku keras, banyak disuka. Tapi apalah arti royalti buku?Di usia senjanya ia jauh dari anak-anak dan suami. Secara finansial ia tak berdaya, juga secara ragawi. Idealisme, begitu kejamkah engkau?
Setelah sekian lama saya menjadi ghoswriter (penulis bayangan: membantu orang yang ingin menulis buku dalam pemolesan tulisan, editing, penambahan data, perbaikan gaya bahasa, dsb), saya sudah menerbitkan 1 buku dengan nama sendiri. Sedangkan buku yang saya tulis dan terbit dengan nama orang lain, jauh lebih banyak.
Jika dibandingkan penghasilannya bagai bumi dan langit. Sebagai ghostwriter, untuk buku pesanan klien, saya mendapat nilai rupiah yang sangat lumayan. Hanya saat buku itu terbit, nama saya tak tertera, melainkan nama klien saya. Di golongan ini saya jelas jauh dari definisi penulis idealis menurut NH Dini.
Sedangkan di buku yang terbit dengan nama sendiri, ah, royaltinya bahkan jauh lebih kecil dari hasil jualan pisang goreng di pinggir jalan.
Dan akhirnya dua penerbit besar menyapa saya, meminta saya menulis untuk mereka, dengan nama saya sendiri. Kabarnya mereka melihat tulisa-tulisan saya di Internet lumayan menggugah selera. Oke, saya coba, ya.
Ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Penerbit pertama minta saya ubah gaya bahasa agar lebih gaul ala ABEGE. Sesuai selera pasar, katanya. Penerbit kedua malah ajak saja bikin script komik sains buat menandingi komik sains Korea yang laku keras. Oke..oke..semua saya coba, ya!
Lalu dimanakah idealisme ala NH Dini?
Sebagai penulis bayangan, saya justru bisa lebih bebas menulis yang ada di benak saya. Baik gaya bahasa hingga plotnya, semua semau saya, klien tinggal manut. Sebagai penulis sungguhan, saya justru habis-habisan didikte penerbit. Kemanakah idealisme penulis ala NH Dini?
Apakah JK Rowling adalah paduan sempurna dari idealisme dan kemakmuran? Sedangkan NH Dini adalah simbol idealisme yang kontra kemakmuran? Mau kemanakah saya melangkah?
Sepertinya saya ingin yang idealis namun tetap makmur, walaupun susah. Semi idealis saja? Moderat?
Friday, February 13, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)