Stand by your man, except he is a creep. Tulisan Wimar Witoelar (WW) itu terngiang di benak saya ketika tidak sengaja menonton sebuah tayangan infotainmen.Yuni Shara menangis tersedu akibat suaminya ditahan polisi dalam kasus dugaan penipuan hingga angka miliaran rupiah.
Kasihan? Tidak. Saya lebih kasihan pada banyak perempuan di luar
Bagus kalau suamimu orang yang baik, maka kau ikut terkenal sebagai istri soleh. Sial jika suamimu koruptor atau maling, sebab sang istri akan terkenal sebagai istri koruptor atau istri maling. Bahkan ketika si istri tidak setuju dengan perbuatan si suami, tetap semua orang akan mengidentikkannya dengan perilaku bejat si suami. Lebih parah lagi, istri akan didakwa sebagai penyebabnya.
Dampingilah lelakimu kecuali ia seorang yang tak disukai. Kalimat WW mengisyaratkan bahwa perempuan tidak wajib setia kepada lelakinya, terutama saat si lelaki sudah tak bisa dikendalikan lagi. Dinasihati baik-baik agar jangan korupsi, tetap bandel. Makin merajalela, justru pakai kekerasan. Lelaki sejenis ini lebih baik ditinggalkan saja. Daripada harus setia sampai kita terseret ke penjara. Terimakasih banyak, ya.
Jadi ingat, saya pernah bercanda dengan teman saya perempuan yang belum menikah sampai usia kepala 3. Ia baik, cantik, rajin sholat, kulitnya putih mulus bak mandi susu setiap hari. Tutur katanya manis, sopan dan mandiri. Ketika hendak berpisah dalam sebuah jumpa, ia membawakan saya makanan ringan.
“Duh, kamu itu baik sekali. Cewek sebaik dan secantik kamu belum juga dilamar cowok,?” Ujarku.
“Masalahnya belum ada cowok yang yang cukup baik buatku,” ia menjawab ringan.
Saya setujua banget.
“Betul, Len. Daripada kamu menikahi lelaki pecundang dan begajulan atau malah koruptor, mendingan kamu jangan menikah, deh. Kalau dapat suami penjahat kamu malah ikutan keseret ke neraka,” aku teringat kalimat WW tadi.
Kami tertawa bersama.