Friday, September 22, 2006

SBY, Sang Menteri dan Gelandangan Pemakan Kulit Jeruk

Tiga hari lalu. Di dekat terminal bus Manggarai, Jakarta, aku melihat seorang gelandangan mengorek-ngorek timbunan sampah. Kebetulan aku ada di atas Metro Mini 62 yang berjalan lambat menunggu penumpang. Lekat-lekat kuamati, lelaki gelandangan itu berasyik masyuk dengan sesuatu. Ternyata ia menemukan kulit jeruk dalam tas kresek hitam. Dan ia memakannya dengan lahap!

Pemandangan yang sama pernah aku saksikan di adegan film Gie yang dibintangi Nicholas Saputra. Film yang diangkat dari catatan harian Soe Hok Gie itu bersetting tahun 1960-an. Dikisahkan bagaimana Gie muda bertemu lelaki yang memakan kulit jeruk. Lalu ia jatuh iba dan memberikan semua uangnya pada lelaki itu.

Aku buka Gie yang memberikan uangku pada gelandangan tadi. Dan hari itu adalah 20 September 2006. Sudah berapa tahun lamanya Indonesia merdeka dan membangun? Kenapa masih ada orang kelaparan sampai mengoreki sampah, memakan kulit jeruk? Lantas apa yang rakyat dapatkan dari pembangunan selama ini? Kulit jeruk dan sampah?

Malamnya, aku berkirim SMS yang berkisah tentang si pemakan kulit jeruk tadi. Fakta bahwa sejak 1960-an sampai 2006 ini, rakyat Indonesia tidak mendapat kemajuan berarti dari pembangunan. SMS pertama aku kirim ke seorang teman, kebetulan pegawai negeri di sebuah instansi bergengsi. Jawabannya: "Say that to the minister (sudah diedit) dan semua kalangan pejabat tinggi setingkat dia. Mungkin mereka lupa, abis fasilitasnya enak terus. Gimana kita bisa cinta RI?"

Kuturuti sarannya, aku kirim SMS serupa ke seorang menteri yang biasanya rajin membalas SMS-ku. Sayang, si menteri tidak menjawab. Mungkin ia terusik dengan kisah duka menjijikan tentang kalangan bawah. Barangkali ia malas dengar cerita orang susah. Mungkin juga ia sedang menikmati jamuan makan malam lezat yang terganggu oleh SMS tentang gelandangan pengorek sampah.

SBY, JK, beserta gank kabinet plus semua anggota DPR yang bergaji puluhan juta mestinya menyempatkan diri berjalan-jalan ke lokasi pembuangan sampah. Biar mereka melhat, masih banyak rakyatnya yang hidup dari mengoreki sampah. Seperti anjing. Sepeti kucing. Bertahan hidup dengan mencari sesuatu untuk dimakan di antara bau busuk itu.
Oh Indonesia!

12 comments:

Restituta Arjanti said...

makanya gue nggak pernah mengidolakan tokoh politik manapun. hidup mereka berlumur darah, keringat, dan airmata orang kecil, entah langsung maupun nggak langsung.

frequenzy said...

Semua orang akan berpikiran sama seperti Anda ketika ada di posisi Anda. Dan akan berpikiran seperti pejabat ketika ada di posisi pejabat. Kecuali pejabat yang masih memiliki idealisme yang sama ketika mereka kuliah dulu.

lucee said...

satu hal lagi yang membuat gw miris...
tempat tempat ibadah yang sering disebut sebagai rumah tuhan berdiri megah dan menghabiskan dana bermilyar milyar rupiah...
yang seringkali hanya optimal fungsinya seminggu sekali...
mulai dari pagar, taman, design bahkan equipment pelengkap semuanya wah..'sementara, diluarnya, banyak orang orang yang hidup jauh dari kemewahan tersebut bahkan jauh dari kata layak...
seringkali gw berpikir apakah Tuhan lebih menyukai pembangunan rumahnya yang mewah atau uangnya dipergunakan untuk membantu kehidupan orang miskin?
padahal di mata Tuhan kan kemewahan itu ga ada artinya...
miris tapi ga banyak yg bisa dilakuin... :(

pernah diumumkan biaya rehab sebuah menara masjid 4 milyar.. dan suatu sore gw bahkan ga bisa numpang sholat ashar karena dikunci...
n di dekat sana, seorang warga miskin harus rela kakinya membusuk dan terpaksa di amputasi karena ga punya dana untuk pengobatan yang benar... kalangkabut mencari dana pengobatan 4 juta...

ketimpangan emang terjadi dimana2...
pernah inget ga, segelas kopi di sebuah kafe yang kita minum ketika menunggu seseorang, yang bahkan ga kita habiskan itu, seharga sekarung beras yang bisa buat makan sebulan...

kadang gw malu hati melihat tagihan telpon gw yang dua kali lipet lebih gaji ob di kantor....
atau harga baju yang sebulan gaji pembantu adalah hal biasa...
atau biaya salon mobil yang lebih mahal dari tunjangan kesehatan orang yang kurang beruntung...

bahkan banyak manusia yang diperlakukan lebih layak dari binatang...
seorang teman selalu membawa anjingnya ke salon, n ketika anjingnya sakit mendapat pertolongan yang sempurna, bankan sempat di operasi segala...
sementara disisi lain, banyak banget orang2 yang ga mampu mendapatkan kehidupan yang layak... bahkan untuk pengobatan... boro2 mampu operasi, beli obat aja susah...

hhhmmm... dunia emang penuh ketimpangan, misteri kehidupan... salah siapa?!

cheers,

Anonymous said...

emang miris cerita seperti yang ditulis mbak lusi itu...

makanya,

orang-orang miskin dan tak punya harus menyadari betapa sulitnya pegang duit dan "hidup" sebagai orang kaya...orang miskin harus kasihan pada si kaya, demikian sebaliknya si kaya juga harus kasihan kepada si miskin.

Anonymous said...

# lucee -- emang sih TUHAN gak butuh rumah NYA yang mewah, tapi umat dan petinggi agama kan gak mau kalo rumah ibadah di lingkungannya bobrok? keindahan lingkungan lebih penting daripada peduli TUHAN suka atau gak dengan keindahan itu.

SBY, JK, beserta gank kabinet plus semua anggota DPR yang bergaji puluhan juta mestinya menyempatkan diri berjalan-jalan ke lokasi pembuangan sampah. Biar mereka melhat, masih banyak rakyatnya yang hidup dari mengoreki sampah. Seperti anjing. Sepeti kucing. Bertahan hidup dengan mencari sesuatu untuk dimakan di antara bau busuk itu.
Kalo mereka datang pasti lokasinya udah dibersihin semua mbak, gak bakalan ada pemulung disana, bahkan mungkin semua sampah itu bakalan dikasih pengharum agar baju mereka gak bau waktu balik ke mobil ber AC.

Anonymous said...

Lucee..
Memang kalau kita berusaha menelusuri "ini salah siapa" kita ga akan bisa menemukan ending yang bagus...
Selama ini waktu kita hanya habis untuk menganalisa "ini salah siapa". Mengapa kita tidak coba untuk sedikit ikut memperbaiki keadaan ini.
Kita bisa mulai dari hal2 sepele.
Misalnya Tagihan telepon yang tadinya 2 kali gaji OB bisa di reduce dengan cara efisiensi penggunaannya. Atau mungkin biaya salon mobil bisa dipangkas...
Beli baju ga usah sampai 1bulan gaji pembokat...

Saya yakin ini akan berat sekali.
Yang lebih gampang memang adalah mencari "ini salah siapa"..?

lucee said...

sebenernya bukan maksud gw nyari ini salah siapa sih yo...
itu tuh malah maksudnya menyatakan kalo gw ga nemuin salah siapa nya... kan gw bilang misteri kehidupan...

kalo gw mau nyari salah siapa, ga akan berat kok.. kan tinggal nyalain lo aja! :p


cheers,

Merry Magdalena said...

Maklum Lucee, mereka ini ngga biasa baca buku sastra yang penuh dengan hiperbola dan dramatisasi. Mereka pikir kalo orang ngomong : "oh hidup gue kiamat" maka dikira beneran kiamat.
Kasian ya???? Hihihi!

Anonymous said...

Oh begitu ya..
Maaf rupanya kita beranjak dari sudut pandang yang berbeda...
Anda2 dari sudut seorang pujangga yang penuh dengan berbagai kiasan dan kata2 beribu makna.
Saya dari sudut yang sangat asing sekali terhadap sastra..
Tapi object pandang kita sama...walau cara dan tempat kita memandang sangat berbeda saya berharap kita punya maksud yang sama...
For Lucee
..maaf previous comment saya bukan bermaksud memojokan anda...

lucee said...

nyantai aja yo, gw sama sekali ga merasa terpojok kok!

cheers,

Anonymous said...

good reply lucee!

гид в барселоне said...

I totally match with anything you have written.