Monday, December 10, 2007

Majalah Wanita: Agen Patriarki?

Sebelum bekerja di media harian saat ini, saya sempat melamar ke sebuah majalah wanita ternama di republik ini. Semua tes tulisan sukses saya lalui dengan lancar. Bahkan selalu jadi yang pertama keluar ruangan.

Tiba kemudian tes lisan akhir, dimana saya harus berhadapan langsung dengan tim redaksi serta diawasi langsung oleh sang pemimpin redaksi, yang kebetulan juga istri dari pemimpin redaksi majalah berita ternama juga.

"Jika kamu diterima bergabung dengan kami, rubrik apa yang akan kamu pilih? Dan apa alasannya?" Itu pertanyaan yang diajukan.

Jawaban saya spontan saja. "Saya ingin kita punya rubrik pendidikan politik untuk perempuan Indonesia. Tapi pendidikan itu disampaikan dengan cara sederhana, tetap menarik, dengan mengetengahkan contoh politikus perempuan dunia yang sukses. Atau bisa juga dengan menampilkan teori-teori politik secara popular. Populasi perempuan di Indonesia ini bisa sangat menentukan kondisi politik negara jika semua punya peran di dalamnya. Sayang itu belum terwujud. Politik merupakan salah satu alat penting untuk memperbaiki kondisi perempuan kita."

Itu jawaban saya.

Seisi ruangan hening seperti baru saja mendengar tawa kuntilanak. Saya punya firasat bahwa jawaban saya tidak memuaskan dan saya pasti tidak akan pernah bergabung dengan majalah wanita bergengsi itu. Dan itu menjadi kenyataan.

Mau tahu apa jawaban pelamar lain yang diterima?

Mereka memilik rubrik memasak, fashion, kecantikan, belanja, kesehatan, dan seterusnya. Bukan berarti semua topik itu tidak penting bagi saya. Tentu saja penting. Hanya terlalu domestik dan tidak akan pernah mengubah nasib perempuan di negeri ini. Tidak akan bisa menyamakan posisi perempuan dalam sosial budaya masyarakat. Tidak akan membuat lelaki lebih menghargai perempuan dengan tidak memperkosanya. Tidak akan membuat para suami lebih memberi ruang gerak kepada istrinya. Tidak akan membuat para suami mau membantu memasak atau mencuci piring jika istrinya pulang kerja kecapaian. Tidak akan membuat remaja putri sadar bahwa pakai tank top di bis itu hanya mengundangpelecehan seksual.

Dan sebagainya.

Wahai majalah wanita agen patriarki, sampai kapan kalian peduli pada nasib sesama kalian sendiri selain sekadar memikirkan lipstik apa yang harus dipakai ke pesta atau korset merk apa demi melangsingkan perut?

18 comments:

Anonymous said...

Gue seneng, Merry telah kembali dengan revolusinya! Hidup Merry! Hidup feminista!

Anonymous said...

wah... mbak merry ngblog lg...

btw tokoh wanita idaman mbak sapa?

Merry Magdalena said...

Hai Si Kecil, hmm tokoh wanita idaman saya banyak sekali. Mulai dari Dolores O'Riordan (Cranberries)sampai Tjut Nyak Dien, mulai dari Jenny Gristock (penulis sains) sampai Kartini. Pada dasarnya saya kagum dan salut sama semua perempuan yang mampu mandiri, tidak tergantung pada laki-laki, dan tidak melulu mengekoploitasi tubuh dan wajahnya belaka, melainkan menggunakan otak, hati dan nalurinya untuk tujuan kebaikan sesama. Entah itu hanya tukang sayur, pembantu rumah tangga, TKW, tukang gado2 sampai Lady Diana.

mustikaningrum said...

skarang gue ngarti.... knapa artikel tentang investasiku ga keterima... sementara yang muncul di majalh itu cuman artikel tentang cowq..... dan curhat ga penting lainnya hahahahahahahaha.....

www.dianmustikaningrum.wordpress.com

Arli said...

Patriaki menciptakan dinding pertahanan, dengan menggunakan wanita sebagai agent mereka. But, I believe it won't last long. Indonesia bukan timur tengah, yang terkenal akan represinya terhadap wanita. Indonesia sudah cukup liberal untuk menerima partisipasi wanita dalam politik, atau bidang apapun. Represi gaya timur tengah, entah diperhalus atau tidak, pasti akan gagal.

Anonymous said...

selamat puwagi,
hehe..nasib wanita di Indonesah ya mbak. Wah..kapan2 kita bs diskusikan maslh ini secara lebih intens & terbuka . Prinsipnya saya setuju dengan pemikiran progresif si mbak Merry ini , hanya saja memang dibutuhkan berbagai aplikasi2 yang harus dilewati dahulu sebelum sampai pada tuntutan akan hak-hak tersebut diatas. Artinya kalau mau secara 'real lho.. , bukan sekedar cukup dengan jabatan/posisi dan istilah yang semu dan absurd.

Satu kenyataan yang menjadi penyebab sulitnya wanita Indonesia bisa berperan sebagai manusia merdeka seutuhnya adalah antara lain: Bangsa ini ada dan dimulai oleh nenek moyang kita sampai kakek dan ortu kita yang menganut paham itu lho mbak..(males saya nyebutinnya...jadul sih..)

Suka tak suka itu masalah besar yang harus tuntas kita mengatasinya lebih dahulu. wah..jadi panjang,,deh.

Betti Alisjahbana said...

Merry,
Pengalaman saya berkarir di dunia pria sampai ke posisi puncak menunjukkan kita perlu tau mana hal-hal yang prinsip yang perlu kita perjuangkan dan mana hal-hal yang kita bisa kompromikan. Suka atau tidak suka, pria dan juga wanita suka wanita yang tampil cantik, anggun,feminin, ramah dan menarik. Jadi yang itu tidak perlu diperangi. Yang perlu diperjuangkan adalah persamaan hak, kesempatan wanita untuk mengenyam pendidikan tinggi, menunjukkan kemampuan dan menduduki posisi-posisi yang penting.
Soal majalah wanita, saya rasa itu masalalah segmen market yang dituju oleh majalah itu...saya sendiri kalau mau membaca masalah bisnis tentunya memilih majalah bisnis, tidak mencarinya di majalah wanita. Demikian juga kalau mau membaca masalah politik, ya saya akan membeli majalah politik. Jadi saya sarankan Merry untuk menulis masalah wanita dan politik di majalah yang sesuai.
Salam,
Betti

Anonymous said...

Mer, saya setuju pendapat Mbak Betti tuh. Ya namanya juga majalah fashion, lifestyle dan kecantikan :) tentu segment marketnya nggak ketemu dong kalau ngomong politik.

Kalau mereka pilih kamu sebagai jurnalis di situ, nggak laku dong Mer. Memang si majalah itu memang ingin memenuhi selera ibu-ibu gosip, rumpi, cipika-cipiki.

Eh, jangan salah lho, pria pun sekarang market yang sangat terbuka buat majalah atau terbitan semacam ini hahahahaha.

Jadi kesimpulan saya, ketika itu kamu hanya salah ngelamar hehehe mestinya ke majalah politik kale Mer.

Just as simple as that. Kayaknya nggak seserem teori konspirasi patriakinya si wondering bioinformatician ...

Beberapa waktu yang lalu aku sempet baca majalah politik yang banyak sekali bicara soal perempuan. Sayang namanya aku lupa, tapi ada kok.

Anonymous said...

Sebuah majalah tentu udah punya visi sendiri.. Gambaran tentang artikel2 yang akan ditulis penulisnya.

Mungkin kalo di majalah politik gitu, pendapat Mbak akan lebih diterima.

Eh ternyata sama komentarnya sama di atas2 :).

Arli said...

@Pitaka. Teori konspirasi yang saya tulis itu berdasarkan fakta. Kisah yang sesuai dengan teori saya berdasarkan banyak pengalaman riil. Salah satu ceritanya begini. Pada suatu hari, intelektual muslim Dawam Raharjo kedatangan tamu dari Mesir dan Arab Saudi. Mereka bertemu di sebuah hotel di bilangan Jakarta. Lalu mereka bertiga sepakat melanjutkan diskusi di tempat lain di luar kota. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah kali. Pas diatas jembatan kali tersebut, Orang Mesir dan Arab Saudi itu terperanjat. Ternyata mereka terkejut melihat ada ibu-ibu dan mbak-mbak lagi mandi di kali, dengan pakaian yang seadanya. Lalu mereka tanya ke Dawam, 'Perempuan itu lagi ngapain'. Jawab Dawam,'Lagi mandi, itu hal yang biasa di negeri kami'. Lalu jawab orang2 arab itu,' Wah..ndak bener itu, masak mandi di kali sih, dan kok menggunakan pakaian yang minim ya? Itu sangat tidak Islami'. Namun tanggapan Dawam,' Rasanya tidak demikian, perempuan-perempuan itu menggunakan pakaian seperti demikian supaya mereka bisa mobile, sambil mencuci pakaian. Alhasil, sepanjang perjalanan Dawam mencoba meyakinkan tamunya dari timur tengah itu, bahwa aktivitas perempuan mandi di kali tidak bertentangan dengan Islam, namun tidak berhasil. Orang Mesir dan Arab Saudi tersebut tetap yakin bahwa mandi di kali itu adalah tidak Islami. Cerita ini berdasarkan pengakuan Dawam Raharjo sendiri. Saya tidak mengada-ada buka? :=) :=)

Merry Magdalena said...

Memang ada majalah khusus politik. Tapi sangat sedikit kaum perempuan yang berminat meliriknya. Mayoritas perempuan memilih majalah wanita. Maka pendidikan politik sebaiknaya disisipkan juga di dalamnya. Jika majalah sedemikian tersegmentasi, maka yang namanya peleburan kecerdasan bangsa tidak akan pernah terjadi.

Anonymous said...

Lha, mer. Tidak ingin menerbitkan majalah politik khusus perempuan? atau situs aja deh. Isinya bisa mendorong perempuan terjun ke politik, atau minimal membuat politik tidak 'dihindari' oleh perempuan, atau juga mendidik politisi perempuan kita. Jangan sampai terjadi lagi, politisi perempuan yang marah-marah ke kedutaan lantaran visanya ditolak. 'ya jelas ditolak dong Bu, wong foto ibu sedang bergaya...' wakakaka. malu-maluin, jangankan politik, standar persyaratan aplikasi visa sederhana aja gak ngerti. bisanya marah-marah, merasa dilecehkan.

Anonymous said...

Wondering, cerita Pak Dawam itu saya rasa menjelaskan tentang perbedaan budaya dan penafsiran agama. Bukan bukti adanya konspirasi. Justru itu membuktikan sebaliknya karena Pak Dawam kan setengah mati menjelaskan bahwa Islam di sini lebih toleran.

Mungkin yang sering dilihat karena banyak diberitakan adalah gerakan Islam yang ekstrim. Fundamentalisme itu ada juga di agama lain dan pada umumnya emang terdengar lebih nyaring karena memang suka ribut :)

Tetapi orang Islam itu umumnya malah biasa bersikap egaliter dan mayoritas dari mahzab Islam justru mengakui adanya kesetaraan hak dan menentang bias gender. Cuma nggak banyak terdengar aja. Lha media lebih suka menayangkan yang ribut daripada yang santun hehehe ...

Islam juga agama yang dengan tegas memanusiakan kaum perempuan disaat budaya arab pada waktu itu sangat kuat menekan martabat wanita. Ini ada dalam sejarah tinggal di baca.

Hanya saja, Islam menekankan kepada kedua belah pihak (pria dan wanita) untuk bertanggungjawab & berfungsi sesuai kodratnya. Perbedaan kodrat ini adalah kehendak alam, sama sekali bukan berarti martabat salah satunya lebih rendah dari yang lain hanya karena menjalankan fungsi kodratinya. Misalnya berkarya di rumah tangga, tentu sama sekali tidak lebih rendah derajatnya bila dibanding jika berkarya di luar.

Tidak ada satu pun dalil agama yang menunjukkan perbedaan derajat itu. Bahkan justru sebaliknya, terutama dalam Islam, secara teologis peran kaum perempuan di dalam tatanan kehidupan menempati posisi yang jauh lebih mulia dibanding kaum lelaki. Banyak contohnya :)

Anonymous said...

Mer, pertanyaannya tentu: mengapa kok hanya sedikit wanita yang perhatian dengan dunia politik? Bukan kenapa kok di majalah wanita tidak dibahas soal politik. Kan sudah terjawab to, kalau majalah wanita membahas politik maka tidak ketemu dengan ekspektasi sidang pembaca-nya. Just simple as that.

Saya orang yang kurang percaya bahwa memperbanyak jumlah partisipasi kaum wanita di bidang politik akan memberbaiki masalah gender. Katakanlah 30% anggota parlemen, ketika nanti mereka ada di lingkaran itu, maka arus umum yang akan lebih kuat mempengaruhi dibanding kepentingan gendernya.

Sama saja di bidang lain. Apakah setelah jumlah dokter wanita makin banyak (bahkan dalam sub bidang tertentu lebih banyak dari pria), maka masalah bias gender di bidang kesehatan kemudian makin baik? Dari berbagai penelitian justru nampak jelas bahwa premise itu tidak terbukti.

Jadi, memperbanyak jumlah partisipasi (seperti makin banyak wanita baca masalah politik) tidak akan berkorelasi positif terhadap perjuangan melawan bias gender.

Saya lebih percaya proses influence. Misalnya, bagaimana agar para ibu dan puteri anggota DPR mempengaruhi suami dan ayahnya agar lebih memperhatikan masalah kaum perempuan (bukan hanya soal bias gender). Itu terbukti jauh lebih efektif.

Nggak percaya? Emang para pria itu nggak takut di-stop JATAH-nya? Pis!

Anonymous said...

Betti Alisjahbana:
Hallo ibu kapitalis; speaking of women's magazines, maybe you can try some tips from them so you can be better in applying your make-up. Menor amat sih, bu? Jadi serem kan saya lihatnya..

Anonymous said...

allow ibu2,boleh gabung? seru ni

androva said...

WOMAN PROACTIVE SOLUTION KONSULTAN:Psikologi/Tarot/Cinta/Perkawinan/Wanita/Totok/Aura :BANDUNG-085860683402


Woman Prime Course (Konsultasi Motivasi)
Romance Revolution (Konsultasi Tentang Cinta, Jodoh/Perkawinan)
Aura Acupressure (Kursus & Totok Aura)
Handwriting Analysis (Menganalisa Tulisan/Tangan)
Tarot Reading (Pembacaan Psikologi Tarot)


androvakurnia@gmail.com
konsultanperempuan.blogspot.com

Kontak: 085860683402 (Layanan: dapat diundang, via phone, email/online)

androva said...

WOMAN PROACTIVE SOLUTION KONSULTAN:Psikologi/Tarot/Cinta/Perkawinan/Wanita/Totok/Aura :BANDUNG-085860683402


Woman Prime Course (Konsultasi Motivasi)
Romance Revolution (Konsultasi Tentang Cinta, Jodoh/Perkawinan)
Aura Acupressure (Kursus & Totok Aura)
Handwriting Analysis (Menganalisa Tulisan/Tangan)
Tarot Reading (Pembacaan Psikologi Tarot)


androvakurnia@gmail.com
konsultanperempuan.blogspot.com

Kontak: 085860683402 (Layanan: dapat diundang, via phone, email/online)