Sunday, November 16, 2008

Lagi lagi Psikopat...!

Jujur, saya bosan berkisah soal psikopat. Sebab memang sudah muak bersua dengan manusia dengan jenis ini. Tapi kok ya masih saja bersua. 

Definisi psikopat menurut Tante Wikipedia:

Psychopathy is a psychological construct that describes chronic immoral and antisocial behavior.The term is often used interchangeably with sociopathy. Psychopathy has been the most studied of any personality disorder. Today the term can legitimately be used in two ways. One is in the legal sense, "psychopathic personality disorder" under the Mental Health Act 1983 of the UK. The other use is as a severe form of the antisocial or dissocial personality disorder as exclusively defined by the Psychopathy Checklist-Revised (PCL-R). The term "psychopathy" is often confused with psychotic disorders. It is estimated that approximately one percent of the general population are psychopaths.

The psychopath is defined by a psychological gratification in criminal, sexual, or aggressive impulses and the inability to learn from past mistakes. Individuals with this disorder gain satisfaction through their antisocial behavior and also lack a conscience.


Sebentar, psikopat yang saya jumpai memang belum separah itu.

Jadi mereka adalah orang yang awalnya sopan, intelek, selayaknya manusia normal yang terhormat. Saya juga menghormati mereka selayaknya menghormati sesama manusia sesuai koridornya (Busway kali!). Hanya saya tak habis pikir, ketika respon saya yang normal dan cukup penuh respek diartikan berbeda oleh si Psikopat itu. Dia jadi overacting, melenceng dari koridor, dan menimbulkan rasa jijik. Akhirnya saya tidak bisa lagi menghormatinya.

"Kok dia gak malu ya nulis email kayak gitu? Apa dia kira gue ngga akan cerita ke siapa-siapa?"
"Orang gila mana punya malu, Mer!"
"Lha dia bawa2 nama instansi, kan artinya mempermalukan nama instansinya juga."
"Anggota DPR yang korupsi juga ngga punya malu kok"
"Lho kalo anggota DPR kan udah kaya raya, lha ini dia baru merintis karir ilmuwannya, kok malah mempermalukan nama sendiri ke gue yang orang media."
"Psikopat!"


Itulah obrolanku dengan seorang teman di YM saat mengisahkan sepak terjang si Psikopat ini.

Jadi, maaf ya, psikopat yang saya tak sebut namanya di sini. Jika Anda membaca tulisan ini, semoga Anda paham bahwa Anda sudah mempermalukan nama Anda dan instansi Anda. Anda juga sudah membuat penilaian saya terhadap kompetensi keilmuwan Anda sangat buruk.

5 comments:

Arli said...

Itulah bedanya flirting orang jerman sama orang indonesia. Orang jerman, kalau suka sama orang lain, sangat tidak mungkin mereka langsung mengutarakan secara langsung. Biasanya mereka ngajak cewek atau cowok yang dia suka makan malam, dan itu secara baik2. Nah....pointnya...kalo orang jerman udah bilang..'Ich mag diskutiert mit dir' (saya suka ... Read Moreberdiskusi dengan kamu), berarti dia suka sama kita. Mereka biasanya ndak sampe nyinggung2 fisik, dibilang cantiklah atau seksilah..sama sekali tidak. Mereka ingin melihat isi otak kita. Fliriting mereka boleh dibilang tingkat tinggi. Orang Indo? Lihat saja sendiri. Paling tidak dalam hal flirting orang Indo wajib belajar sama orang jerman. Memang bangsa yang suka membaca bacaan berkualitas seperti filsafat, budaya, dan penggemar musik klasik seperti Jerman, akan memiliki gaya flirting berbeda dengan bangsa yang malas membaca, budayanya tidak jelas, dan tidak suka musik klasik...Kalau standar eropa, siapapun yang tidak suka musik klasik dianggap barbar. Bisa dilihat Indo seperti apa kualitas flirtingnya. Orang Jepang dan China saja sangat suka musik klasik, dan mereka sangat suka acara budaya. Indo?.....Ya udah..capek deh aku bahasnya....

Adhiguna Mahendra,PhD said...

@Bioinformatician,
"orang Indo" itu banyak lho.

Jangan menggeneralisir "orang Jerman" lebih baik dari "orang Indo"

"Orang Indo" yang well educated, berbudaya dan ladies man alias jago flirting juga banyak di dunia ini.

"Orang Jerman" yang loser, dijauhin cewek, pemabuk dan tolol juga banyak.

Menurut saya, Indonesian men are the best (berdasar pergaulan dengan beberapa cowok Indonesian yang saya kenal).

Arli said...

Tul....orang jerman dan perancis yang idiot juga banyak. Dan orang Indo yang jago flirting dan jauh lebih berbudaya dari orang jerman atau orang perancis juga banyak. Salera musik orang jerman juga cenderung vulgar dan kampungan, sementara saya juga ndak suka dengan chauvinisme Perancis, yang cenderung anti inggris. Tapi kasus ini sudah keterlaluan. Saya sudah baca emailnya. Dan saya benar benar muak. Itu terjadi pada pasangan saya sendiri. Mungkin bisa diminta sama Merry emailnya seperti apa. Hanya orang barbar yang menulis hal2 idiot seperti itu. Saya benar2 lagi emosi..sangat emosi baca hal itu. Jadi sukar berpikir objektif. Jika itu terjadi pada pasangan anda, mungkin anda akan emosi juga.

Arli said...

BTW..biasanya orang jerman yang dijauhi cewek dan loser, perginya ke 'red corner' (tempat PSK). Kalo menjumpai orang jerman lagi bertandang ke sana, berarti dia seorang loser...hehehe

Arli said...

Oh ya mas adhiguna...mungkin poin anda soal flirting itu bener juga. Saya masih jauh lebih beruntung dari temen saya orang jerman, yang sampe sekarang masih banyak yang jomblo. Saya sudah punya pasangan...mereka ndak....hihihihi