Sebuah percakapan di Yahoo Messenger:
F-->Teman
M-->Aku
M: "Si Anu itu perfect banget ya. Ganteng, pinter, sukses di karir, sayang keluarga. Seandainya kita dapet cowok kayak gitu..."
F: "Hmmm..gue ngga yakin deh, Mer. Segala sesuatu yang kita liat baik, belom tentu sebaik aslinya. Ingat pepatah rumput tetangga.."
Dulu sekali, pernah ada pandangan yang meremehkan kata-kata “cinta tak selamanya memiliki”. Seorang berpendapat, “Kalau tidak bisa dimiliki, untuk apa dicintai?” Dulu juga, saya sangat setuju dengan pendapat barusan. Dalam usia relatif belia saya punya pikiran bahwa kita harus selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, termasuk cinta. Dan nyaris itu terealisasikan selalu.
Kemudian, apakah setelah cinta itu didapat, kita bahagia? Jawabannya adalah the big NO. Mari kita samakan lelaki itu dengan benda di etalase toko. Sekali kita ingin memiliki, maka benda itu terlihat indah, luar biasa, hebat, menakjubkan, membuat penasaran. Makin tak bisa dipunyai karena satu dan lain hal, makin benda itu mempesona.
Begitu kita punya kemampuan untuk membeli, membawanya pulang, ada rasa terpuaskan. Kelamaan benda itu kita kenakan, kita pandangi setiap hari. Rasa bosan mulai menyerang. Apalagi begiu disadari benda tadi mulai jelek, buruk, bahkan rusak. Musnah sudah pesona, daya tarik serta kehebatan benda itu. Tak ada lagi penasaran, hilang sudah antusiasme.
Bayangkan apabila benda tadi masih terpajang di etalase tanpa pernah bisa kita miliki. Tentu pesona itu akan selalu ada tiap kali memandangnya. Kendati benda itu dibeli lalu dimiliki orang lain, tetap saja rasa suka itu bersemayam di hati. Bisa ada rasa sakit hati, mengapa orang lain bisa mempunyai sedangkan kita tidak. Tapi itulah seninya.
Hal sama persis berlaku pada lelaki. Saat kita mengagumi seorang lelaki maka rasa kagum itu akan kekal selama kita tidak memilikinya. Sebab begitu kita berhasil mendapatkan si lelaki dalam genggaman, maka terkuaklah semua sisi buruk yang selama ini tak pernah kita lihat. Singkatnya, semua itu sama saja dengan benda di etalase tadi.
Itulah yang pernah saya alami. Selama bertahun-tahun mencintai lelaki yang sama, yang akhirnya menikah dengan perempuan lain. Tapi cinta itu tetap indah saja. Apalagi si lelaki tak menjauh, tetap menganggap teman baik. Dan makin indah saja rasa cinta itu. Kini saya benar-benar memahami bagaimana kalimat konyol “mencintai tak selamanya memiliki” bisa ada.
Itu pula yang berlaku pada kegilaan para perempuan kepada Brad Pitt, Tom Cruise, Vigo Mortensen dan sederet bintang pujaan lain. Mereka begitu diidolakan karena kita tak mampu menggapainya. Sedangkan fakta berkata bahwa pasangan hidup mereka pun tidak betah berlama-lama dengannya. Ingat lho, Brad Pitt, Tom Cruise dan Vigo Mortensen adalah duda cerai. Berarti mereka pun tidak sempurna. Nobody's perfect.
9 comments:
:D
Jadi inget waktu gue pertama kali diajak seorang kawan untuk melihat etalase di sepanjang gang Dolly yg legendaris di Surabaya....
Etalase yang menyuguhkan secara eksplisit - penghinaan terbesar terhadap harkat dan martabat perempuan di mana pun. Perempuan-perempuan yang duduk berjajar - yang bisa Anda dapatkan jika di kantong Anda ada uang yang cukup.
Etalase Dolly - bagi gue pribadi - adalah ironi terbesar tentang perempuan. Profesi (yg dianggap) paling hina di muka bumi, dilakoni oleh perempuan dengan santainya di etalase Dolly.
Tapi di depan etalase itu juga, gue melihat perempuan menggendong bayinya dengan cinta tanpa batas, menjalani profesi paling mulia di muka bumi sebagai seorang Ibu.
Perempuan memang tidak untuk dimengerti laki-laki... Hanya lelaki superduper goblok saja yg [merasa] bisa memahami dan mengerti tentang perempuan...
setuju dengan Nobody's perfect.
@Surya : tidak semua laki-laki loch :P
setuju dengan Nobody's perfect.
@Surya : tidak semua laki-laki loch :P
setuju dengan Nobody's perfect.
@Surya : tidak semua laki-laki loch :P
Begitulah cara kerja pikiran. Segala sesuatu yang diangan-angankan dalam pikiran adalah sesuatu yang perfect tanpa cacat. Kita bisa menghayal dan membayangkan apa saja secara bebas dan indah.
Tapi begitu kembali ke realita hidup dan setelah mendapati ini itu kog tdk seindah yang dibayangkan maka timbul kekecewaan.
Seyogyanya senantiasa disadari bahwa itulah kenyataan hidup. Hiduplah SAAT INI, bukan terpaku pd kenangan masa lampau - apalagi menghayal ttg. masa depan.
Salam,
Soen
Saya pikir disitulah seninya berkolaborasi dengan namanya manusia. Tidak hanya dengan pasangan kita, dengan saudara sekalipun demikian. Pada saat jauh banyak hal terasa indah tetapi pada saat dekat kadang2 menimbulkan pertengkaran de el el.
Tetapi kolaborasi seperti ini realitasnya kembali ke hati dan fikir manusianya. Mau apa sih dalam hidup ini ?
regard,
Dien
No body perfect, itu kan kuncinya?
saat mencintai, saat berani menerima kekurangan orang yang di cintai.
dst..dst..dst
oh ya.. kalo ngefans ama taon 80an,
mampir aja ke
lapanpuluhan.blogspot.com
hanya berbagi cerita.
Snap on it! Bangun!
Mengenang masa lalu boleh-boleh saja. Tapi jangan lupa masa depan yang masih panjang.
Tidak semua barang yang telah dimiliki terus dibenci. Ada contohnya. Baju T-shirt yang kita beli, kemudian kita pake sampai kumel. Meski ditertawakan orang, tetap kita sukai. Ada contoh-contoh lain. Demikian pula dalam berkeluarga.
Jadi tidak benar, sesuatu yang telah dibeli (lepas dari etalase) akan menjadi membosankan.
Tentu saja kalau dari awal tujuannya hanya sekedar wah, tanpa betul-betul memiliki fondasi (dan obsesi?) yang kuat akan lain ceritanya.
mencintai laki2 yg sama bertahun2 yg akhirnya menikah dengan perempuan lain?
siapakah dia, Mer? hehe. kyknya tau nih siapa yg dimaksud ;)
saya setuju ama perumpamaan BR untuk T-Shirt. saya tambahkan ama sepatu Converse All Star, backpack, mouse dan keyboard di kantor: tetep aja enak dipake & ogah diganti ama yg baru meski bbrp huruf dah memudar.
daftarnya msh bisa panjang kalau ditambah ama CD misalnya. haha. baru beli baru kalau dah robek2 atau krn pinggul melar :p.
Metallica juga! biar dah ada KoRn, System of A Down, Mastodon, and such...tetep aja Metallica i suka dan i cinta.
Post a Comment