Wednesday, August 02, 2006

Age Doesn't Matter????

Makin bertambah usia, yang namanya perbedaan umur itu kian tak kentara ya? Pertanyaan itu menggantung di benakku. Zaman kecil dulu, malas banget bergaul sama yang umurnya satu-dua tahun di atas kita. Itu zaman SD kayaknya. Lalu pas sudah SMP, masih OK deh bertemen sama yang dua-tiga tahun di atas kita. Tapi kalau sudah lima tahun ke atas, rasanya risih. Ngga level.

Kelamaan pas sudah kuliah, rasanya ngga masalah berteman dengan yang enam-tujuh tahun di atas kita. Justru bangga. Sebab membuktikan kita sudah menyamai pemikiran mereka.

Belakangan ini, bersama seorang teman, saya baru sadar. Terlalu banyak bergaul dengan orang yang usianya jauh di atas kita. Sepuluh, lima belas….oops!

“Gimana mau dapet cowok ya, gaulnya ama om-om molo! Yang ada dikira kita peliharaan om-om!”

Whoaaaaa.. tidak! Mereka adalah teman-teman yang berasal dari komunitas nara sumber. Kebetulan kami adalah jurnalis. Jadi kami banyak berhubungan dengan nara sumber atau tokoh-tokoh yang jelas saja usianya jauh di atas angkatan kami. Menyenangkan sesungguhnya berteman dengan mereka. Memperluas wawasan, menambah ilmu, memperkaya pengetahuan tentang aneka ragam karakter dan gaya hidup manusia. Dan yang jelas menambah koneksi dimana-mana.

Ya, sangat menarik memang. Tapi kembali ke problem semula, kami jadi merasa “tua” sebelum waktunya. Bukan tua di pemikiran atau gaya, melainkan jadi dianggap tua oleh sekitar. Mungkin cara bicara kami terpengaruh. Atau pola pikir kami? Nevermind sih, kami jadi merasa dewasa dan makin matang...

Kadang saya kangen juga bertemu dengan teman sebaya, seusia. Hanya sayang teman-teman saya saat ini kebanyakan sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya. Ditambah Jakarta adalah kota yang macet, dimana jarak yang dekat saja membutuhkan waktu cukup lama untuk dijangkau. Alhasil, pertemanan kami lebih banyak berlangsung di SMS, chatting di YM atau email dan telepon. Untuk bertatap muka langsung harus disusun jadwal yang tepat dulu, itu pun dengan risiko mendadak batal karena ada urusan lain :(.

So, teman yang selalu siap "bergaul" bersama saya justru kalangan om-om nara sumber tadi. Sebab kami bisa bikin jadwal yang lebih seirama. Mengingat saya adalah jurnalis dan mereka adalah para tokoh. Jadi kesempatan bertemu itu selalu saja ada.

Maka jadilah saya dan sahabat tadi banyak berteman dengan orang-orang yang usianya jauh di atas kami. Hmmmmm....

Jadi terbayang, saat saya sudah nenek-nenek nanti, bergaulnya sama siapa ya? Masak sama mayat??? Whoaaaa!!!!

PS: Coba ya para Om-om nara sumber yang baik hati. Tolong kami dikenalkan dengan keponakan atau sepupu atau siapalah yang usianya sepantaran kami. Hitung-itung bonus atas pertemanan kita, gitu lhooo. Hihihi!

2 comments:

Anonymous said...

mellow lagi ceritanya nih?

Anonymous said...

haha...
betul.. betul.
akhirnya kita bergaul dengan yang lebh tua.
Dan.. setelah tua.. bergaul ama anak anak dan doa.