Sunday, December 09, 2007

Lagi-lagi Tentang Soulmate












Ben Stiller adalah satu-satunya alasan mengapa saya tertarik untuk menonton film arahan sutradara Shawn Levy ini. Lelaki kocak itu tak pernah mengecewakan untuk dinikmati di layar lebar. Tapi ternyata ada hal lain yang membuat film bertajuk The Heartbreak Kid ini tidak mengecewakan sama sekali. Dulu saya pernah menulis tentang soulmate alias belahan jiwa. Dan film ini sangat sehati dengan saya dalam hal itu. Mungkin si pemilik ide cerita memiliki kesamaan landasan pikiran dengan saya.

Berkisah tentang Eddie yang sudah 40 tahun tapi belum menikah, tapi juga tidak memiliki kehidupan asmara yang menyenangkan seperti halnya kebanyakan kaum lajang di barat sana yang memilih free sex. Bahkan kehidupan cinta ayahnya yang sudah senja saja masih jauh lebih menarik.

Akibat desakan Mac sang sahabat dan ayahnya, Eddie menikahi langsung perempuan pertama yang memikat hatinya, Lila. Lila cantik, energik, dan menyukai Eddie. Tapi blam! Begitu bulan madu di Meksiko, tersibaklah semua kehidupan Lila yang semula Eddie tak tahu. Lila ternyata “pengangguran”, mantan pecandu kokain, tak bisa menikmati sinar matahari, sedikit hiperaktif, emosi tak stabil, dan punya banyak minat yang berlawanan dengan Eddie.

Di tengah pertengkaran mereka, Eddie bertemu Miranda yang ternyata punya kesamaan minat dengannya. Bahkan keluarga Miranda yang tengah berlibur berjumpa dengan Eddie dan langsung cocok dengan lelaki pemilik tokoh olahraga itu. Bisa disimpulkan bahwa Miranda lah sesungguhnya soulmate Eddie, bukan Lila.

Singkatnya, Eddie menceraikan Lila tapi Miranda terlanjur kecewa dan menikah dengan Cal, lelaki lain. Tapi Eddie tak putus asa, ia terus berjuang untuk mendapatkan soulmate-nya. Bertahun kemudian, Miranda akhirnya cerai dengan Cal. Tapi apa daya saat itu Eddie sudah menikah dengan perempuan lain. Tapi ia tak gentar dan masih mengejar Miranda.

Sebuah sarkasme tentang apa sesungguhnya soulmate atau jodoh atau belahan jiwa. Mampukah kita berjuang mendapatkan soulmate kita? Apakah soulmate itu ada? Kalau ada, apakah mereka selalu menjadi jodoh kita? Apakah suami atau istri anda saat ini adalah soulmate anda? Bagaimana dengan pacar anda, selingkuhan anda, TTM anda? Siapakah di antara mereka yang merupakan soulmate anda?

Sebuah misteri kehidupan tiada akhir dalam korelasi hubungan lelaki dan perempuan.

6 comments:

Anonymous said...

Mbak, kemaren aku komen disini tapi failed :(.

Pendapatku soal soulmate.. mungkin bisa diartikan orang yang sangat cocok dan sehati dengan kita. Dengan kata lain mudah memahami apa yang masing2 mau dan mudah mengerti jalan berpikirnya.

Kalau begini artinya, ada beberapa soulmate yang akan kita temui sepanjang hidup. Dan ini ga hanya pacar atau suami aja. Bisa juga sahabat. Bisa cowok bisa cewek.

Tapi kalo suami atau istri, sebaiknya kita menganggap dialah soulmate kita. Walau mungkin ada sisi yang lain yang orang lebih memahami kita dengan lebih pas dibanding dia. Tapi tak mungkin ada dua orang yang bener2 cocok 100%. Intinya menerima apa adanya kali ya..duh kok jadi panjang :D.

Anonymous said...

ATTENTION ALL FELLOW MEN! Pay attention to these words of wisdom before you become delusional about this whole fictional concept called "soulmate".

“Ever seen a honest woman? ME NEITHER.”

“A man needs marriage just as much as a fish needs a bicycle.”

“I think, therefore I’m single.”

“The only reason why feminists are against legalizing prostitution is because they’re afraid of competition.”

“A woman always needs two types of man: the nice and responsible guy she’s married to, and the lovable guy she’s having affair with.”

“Prostitutes don’t cheat; wives do.”

“Prostitutes are honest women; wives aren’t.”

Harry Sufehmi said...

Sepertinya masih banyak yang belum tahu bahwa soulmate sebetulnya bisa dibentuk :-)

Saya & istri mungkin salah satu contoh yang kontras total, hehe. Saya geek (berat!), doi socialite. Doi beauty, saya the beast. Dst, dst.

Tapi ternyata, cukup dengan modal mau saling memahami & mau berubah menjadi lebih baik; sejauh ini kita asyik aja :-)

Mudah-mudahan bisa menjadi tambahan perspektif yang bermanfaat.

Anonymous said...

Mer, soulmate itu ditentukan oleh sikap, keputusan kita sendiri. Bukan karena ada kecocokan dlsb. Itu cuma romantisasi dan pengagungan cinta yang berlebihan.

Jadi, komitmen kitalah yang menentukan apakah pasangan kita yang sudah kita pilih ini akan menjadi soulmate atau bukan. Tak peduli hanya ada 1 kesamaan dan sejuta perbedaan, kalau kalian komit, itulah soulmate. Biar cocok segala hal tapi kalau salah satu mengingkari komitmen, ya bubar juga.

Gitu jeng ...

Merry Magdalena said...

Ooh gitu ya..thanks ya masukannya semua. Saya bingung soalnya saya merasa soulmate saya banyak sekali. Jadi bingung milih yang mana. Apa diundi aja ya? Apa diajak main gaplek, yang menang itu yg dipilih????????Wakakaka!

Anonymous said...

I believe I speak on behalf of healthy-minded men when saying that we're rarely fooled by such fictional concept called "soulmate".

Unless you're a man-cunt or a mangina, you will honestly admit that we don't need "soulmate", we don't need commitment, and we don't need marriage either. We don't need all the shits women are shoving to our head on daily basis. What we need is something called "fuckbuddy" instead of "soulmate". Either that, or a clean, legalized brothel. Or both.

By the way, have I mentioned that prostitutes are honest women? I'll pick a prostitute over a feminist at any day.