Monday, February 04, 2008

Kenapa Perempuan Lebih "Jantan" ?

Yang tersisa dari acara Talkshow Netsains Sabtu, 2 Februari kemarin...
Gara-gara foto berdua dengan Mas Budi Rahardjo yang seleblog itu, maka ada komentar agak miring dari salah satu pengunjung blog Mas Budi. Untungnya, dosen ITB
yang funky itu merespon dengan sangat positif.

"Lho emangnya kenapa, Wicke’s Furniture? Kok kacau? She’s a very good friend of mine. Seorang single parent yang tegar!
Kenapa ya, perempuan yang saya kenal biasanya lebih tegar daripada lelaki? Laki-laki sering melarikan diri dari masalah, sementara mereka menghadapinya. Kadang malu jadi laki-laki."

Nah, responnya ini sangat menarik.
Kenapa perempuan lebih mampu menghadapi masalah dibanding lelaki yang lebih suka melarikan diri dari masalah? Dari pengalaman saya, bisa saya jawab: Sebab lelaki itu gengsinya tinggi. Kalau ada masalah, daripada capek-capek dan bergelut dengan masalah lantas kalah, lebih baik mengelak saja dengan santai.

Sedangkan perempuan itu gengsinya standar saja, jadi jika ada masalah ya hadapi saja dengan apa adanya. Tanpa perlu takut kalah lantas gengsinya turun. Bahkan menangis pun dianggap wajar saja kalau kalah dalam menghadapi problem.

Akibat tidak ada beban "gengsi" itu, maka kaum Hawa lebih santai dan apa adanya dalam menghadapi masalah. Akhirnya agak ambigu juga terminologi "jantan" atau "gentleman" bagi laki-laki. Kaum Adam yang dipaksa harus bersikap jantan dan gentleman, ujung-ujungnya justru lebih suka lari dari tanggungjawab akibat tak tahan memikul beban itu. Sebaliknya, kami kaum Hawa justru lebih "jantan" dengan tetap tegar menghadapi masalah.
Hahaha! Siapa yang jantan sesungguhnya di sini?

10 comments:

Anonymous said...

Wah, mari kita buktikan bahwa memang cewek lebih jantan..hehehe

Anonymous said...

Menurutku secara umum perempuan memang lebih tegar, pandai menata emosi (dengan cara nangis tadi hehehe) sama gak gengsian. karena selama ini kejantanan lebih sering diasosiakan dengan kemachoan, maka cowok2 tuh lebih sering dianggap jantan dan sikap "jantan" jadinya lebih sering diasosiasikan dengan sifatnya cowok dan bukan cewek.

Anonymous said...

Kalau melihat dari cara pandang "jantan" dan "betina". Maka tulisan tersebut sepertinya masih terkesan memposisikan "betina" sebagai kata yang yang tidak disukai. Maka semua orang pengen kelihatan "jantan". Menurut saya tidak ada gunanya juga "gengsi" menjadi alasan untuk menyatakan Laki-laki or perempuan jadi tegar. Kalau itu masih di jadikan alasan artinya belum tuntas melihat maslah.

Saya justru melihat bukan "gengsi" yang menjadi lasan umum bagi laki-laki atau perempuan mau bertanggungjawab.

Walaupun saat ini orang masih terus memperdebatkan penindasan bagi perempuan, tapi kadang kala banyak juga yang lupa bahwa akar penindasan itu bukan soal gender (meskipun ada) tapi akarnya adalah soal Ekonomi Politik.

Budaya Neoliberalism telah semakin merendahkan moral manusia. Salah satunya yang paling parah adalah bagi kaum perempuan. Untuk keluar dari penidasan ini maka tidak cukup dengan melihat KDRT atau Pornografi semata. tapi harus lebih jauh dari tajam dari itu. Karena penyebab utamanya adalah kesenjangan sosial dimana-mana.

Ray Asmoro said...

NICE BLOG euy..!'
saya setuju tapi tetap saja kontekstual...

http://www.rayasmoro.blogspot.com

Anonymous said...

Jeng Merry, meskipun saya cowok tulen tapi ogah banget disebut atau dikategorikan sebagai cowok jantan. Apa pasal? Cowok jantan itu kan secara fisik identik dengan otot yg kekar. Nah, lebih lucu lagi skrg ini kebanyakan cowok kekar adalah pengidap homoseks. Ini info yg saya dapatkan dari sebuah majalah gaul. Disamping itu, seorang teman saya yg bekerja sebagai marketing di sebuah fitnes center ternama dan mahal mengatakan 80 persen kliennya adalah gay. Waduh...makin miring nih dunia...hehehe...

http://planetmiring.wordpress.com

'_' said...

kata "jantan" biasanya diasosiasikan dgn sifat2: dingin, gak berperasaan, liar/bebas, dll. kalo denger kata "jantan" mana ada orang yg langsung asosiasinya ke sifat: mapan, bertanggung jawab, bisa diandalin, dll.

i think kesalahannya disitu, label "jantan" sebetulnya tdk mencerminkan anything good, it's just a word to describe ruggedness that appear on the outside.

Anonymous said...

Memang sekarang kenyataan dunia adalah semakin feminin.. yang tepat adalah bukannya perempuan menjadi lebih jantan, tetapi dunialah yang semakin feminin.... sehingga perempuan yang terlahir dengan sifat dasar feminin, lebih mudah menyesuaikan diri. kita lihat saja skrg dalam hal negosiasi mengenai apapun, siapa yang lebih dominan?? bukan laki-laki sepertinya, tetapi perempuan. karena itu hidup PEREMPUAN...

laki-laki yang ingin menjadi lebih "jantan" silakan coba pakai rok. boleh juga meni, pedi, waxing, dll.. siapa tau menjadi "jantan"...

Anonymous said...

laki2 dan perempuan kerap menggunakan "bahasa" atau "komunikasi" yang berbeda karena sejak di dalam kandungan, ada perbedaan dalam tumbuh kembangnya bagian otak mereka.

ada yin ada yang, laki2 dan perempuan terlahir untuk saling melengkapi. bukan siapa yang "menjajah" dan siapa yang "dijajah". dan perempuan sekarang ini, makin sadar akan peran dan hak2nya.

btw..update dong mbak :) sibuk ya?

Anonymous said...

Saya mau main analogi ya?

"Misalnya ada 2 orang si A dan si B, berdua mau melompati lubang. si A berani melompati lubang sedalam 10 meter, sementara si B gak berani melompati lubang sedalam 100 meter, apakah si A bisa dibilang lebih berani dan jantan ketimbang si B? Tentu tidak, karena konsekuensi yang dihadapi bila mereka gagal melompati masing2 lubang jauh berbeda".

Dengan menggunakan analogi diatas, apakah tepat mengatakan perempuan lebih jantan, padahal konsekuensi yg mereka terima bila mereka gagal jelas berbeda ketimbang laki2?? bahkan kalau menangis pun dunia akan menganggapnya wajar sementara bila lelaki menangis dunia akan mengganggapnya cengeng!

So, kalau mau membuat perbandingan, mbok ya diperhitungkan juga segala faktor yg ada gitu loh. :P

Kica-Kica said...

Mbak, tolong sedikit kasihanilah para lelaki yang masih harus hidup dengan konstruksi machisme ini (with this sentence I realize I do men an uncalled for sarcasm)...kan laki-laki masih dikonstruksikan untuk selalu "jantan," "gentleman," "kuat," dan sebagainya...kasihan juga, kan...

Tapi di sisi lain, ada benarnya juga kok dalam beberapa hal perempuan lebih tahan banting (selain dari ego-nya yang berbeda dari laki-laki)....perempuan kan berada berpandangan self-in-relation..harga dirinya seringkali di-derive dari kebermanfaatannya untuk orang-orang terdekat, tercinta...jadi kalau ada masalah besar (misalnya peceraian, kematian, dll.), insting melindungi orang-orang tercintanya langsung keluar....laki-laki memang otaknya bisa "lari dari masalah,"...kalo lagi beraktivitas fisik, misalnya, shut down deh "otak perasaannya." Pernah ya, Mbak, waktu lagi berantem sama seorang teman dekat laki-laki, saya menangis di kamar, setelah puas dan lega, saya ke rumahnya untuk berbaikan, dan mendapati dia sedang asyik main game komputer!
Tapi ya itulah, kalau nggak melupakan dan lari dari masalah untuk sesaat, mana tahan laki-laki menghadapi hidup ini, Mbak ;p (sorry for the sexist tone, it's intentional ;p)

Tapi laki-laki dewasa (saya yakin), pada akhirnya bisa mengatasi hal itu dan menghadapi masalah di hadapannya tanpa harus berlari dari tanggung jawab. Mereka sudah bisa mengatur sisi maskulin dan feminin di dalam dirinya...dan menurut saya, mereka itulah yang pantas disebut sebagai laki-laki sejati...(menyebut kata "jantan" kok rasanya gimanaaa gitu ya...hahahahaha)