Membunuh emosi. Itulah yang harus sering dilakukan oleh perempuan bekerja. Idiom yang mengatakan bahwa perempuan lebih dikendalikan emosi daripada lelaki memperkuat tekad kami untuk membunuh emosi. Sebab dalam bekerja, seringkali kami harus menekan emosi sebisa mungkin agar tidak terkesan menyek-menyek atau cengeng.
Bagi seorang perempuan bekerja yang sudah berkeluarga, ini perjuangan tersendiri. Tidak tega meninggalkan anak di rumah, harus jadi Si Ratu Tega untuk absen dalam acara keluarga, mengabaikan rasa rindu saat dinas ke luar kota, sensitivitas memuncak kala PMS, dan sejenisnya.
Untuk perempuan yang single parent, perlu ekstra perjuangan sebab tak ada orang berbagi feeling mengenai itu semua. Thanks God, kadang teman dan oran terdekat masih bisa diandalkan untuk urusan satu ini. Tapi kadang gengsi lebih mengalahkan sebab takut dicap sebagai perempuan lemah nan cengeng.
Akhir pekan harus membenahi urusan teknis pekerjaan yang amburadul. Terpaksa bawa-bawa si Kecil berburu akses Internet akibat akses di rumah sedang dodol. Kill your feeling or just stay hungry with you child, jobless.
Bagi seorang perempuan bekerja yang sudah berkeluarga, ini perjuangan tersendiri. Tidak tega meninggalkan anak di rumah, harus jadi Si Ratu Tega untuk absen dalam acara keluarga, mengabaikan rasa rindu saat dinas ke luar kota, sensitivitas memuncak kala PMS, dan sejenisnya.
Untuk perempuan yang single parent, perlu ekstra perjuangan sebab tak ada orang berbagi feeling mengenai itu semua. Thanks God, kadang teman dan oran terdekat masih bisa diandalkan untuk urusan satu ini. Tapi kadang gengsi lebih mengalahkan sebab takut dicap sebagai perempuan lemah nan cengeng.
Akhir pekan harus membenahi urusan teknis pekerjaan yang amburadul. Terpaksa bawa-bawa si Kecil berburu akses Internet akibat akses di rumah sedang dodol. Kill your feeling or just stay hungry with you child, jobless.