Sunday, June 04, 2006

Si Miskin Menyantuni Si Kaya?

“Saya adalah bandit. Saya hidup dari merampok orang kaya.”
“Saya seorang jentelmen, Saya hidup dari merampok orang miskin.”
(Man and Superman, A Comedy and Philosophy, Bernard Shaw)


Sadarkah anda bahwa orang kaya bisa hidup berkat orang miskin? Fakta menyakitkan itu saya alami baru-baru ini.

Akhir pekan kemarin saya mendapat SMS menyedihkan. Seorang bos side job saya menghentikan kontrak kerja. Alasannya tidak kuat lagi meng-hire saya. Telusur punya telusur, kebutuhannya membengkak karena seorang anaknya akan bersekolah di luar negeri. Hebat.

Di satu sisi saya bangga karena anak bos saya bisa sekolah di luar, sebuah kemampuan yang tak dapat dinikmati sembarang orang. Tapi di lain sisi, saya miris. Kenapa? Pendapatan yang saya dapat dari side job saya itu sangat membantu kepulan periuk nasi rumah saya. Berkat income tambahan tersebut, saya dapat sedikit menabung untuk kuliah anak saya kelak. Apa daya, income itu akan segera terputus.

Di obrolan dengan seorang teman saya mengeluh, “Demi anak bos sekolah di luar negeri, anak gue terancam ngga bisa kuliah..hiks!”
Si teman tertawa. Saya juga. Tawa sarkastis.

Orang miskin menyantuni orang kaya? Itulah yang terjadi di muka bumi ini. Rakyat kelaparan demi anak pejabat bisa belanja-belanji di Eropa. Pegawai kecil mengencangkan ikat pinggang agar istri bos besar dapat ke butik memborong gaun mahal dan emas berlian. Jadi ingat kasus Raja Louis ke berapa entah yang memaksa rakyatnya puasa agar ia selalu punya persediaan tepung buat dijadikan bedak.

Maaf, kali ini postingan saya bukan soal gender.

9 comments:

Restituta Arjanti said...

mer, percaya deh lo akan dapet pengganti side job itu, bisa jadi malah lebih baik. yg penting jangan berenti berharap yah... lo oke kok, hasil kerjalo juga bagus :) dan seperti status YM gue hari ini,
"Be blessed wherever you are in your life today! God has His hands on the situation!" Mwah...

Vendy said...

hilang bukan berarti lenyap selamanya kan ?
met berjuang :D

Margarita said...

Nanti juga dapet lagi Mer...Sabar2 saja, org sabar disayang Tuhan.

Oh ya satu hal yg mirip2 seperti ini (meskipun konteksnya beda sih) tuh di Eropa. Kita2 yg pada cubicle worker dgn pajak yang selangit, dan para bos yg bergaji gede dan pajaknya suka gelap2. Memang ngga adil tapi mau diapain?

Masih mendingan dikit di Indonesia, kerja buat diri sendiri, nikmatinnya jg sendiri. Kl di Jerman? Pajak yg kita bayar dengan keringat, darah dan airmata (Huhu terlalu berlebihan ya? Tapi pokoknya begitulah), disalurinnya kemana? Selain ke para pensiunan (Yah memang wajar sih kl pensiunan, mereka kan sudah bekerja pada waktunya), ke para "imigran pemalas" yang tidak mau bekerja, tapi dapat permanent resident di Jerman.

Sedangkan "imigran" rajin bekerja seperti gw dan kebanyakan orang asal Asia lainnya, selalluuu dipersulit kl urusan visa.

Kan kalau ada apa2 yg menderita memang yang di bawah, yang di atas sih ngga peduli.

Moral of the story is...Cari duit memang susah Mer, tapi asalkan halal, meskipun banyak cobaan tetep bisa sukses.

Cheers n didoain cepet dapet sidejob baru ya!

lucee said...

typical yah...

karyawan2 level bawah di efisiensi/dipecat2in untuk mempertahankan profit perusahaan n tetep bisa bayar tenaga expat yg berpuluh kali lipet gajinya.

hypermarket gede ngutang n nge hold pembayaran supplier kecil...
etc..

tapi.. hhhmmm ga boleh gender yah mer?...
uuupppsss... agak sedikit pusing pusing jadinya..
gw dah addicted nih nyela laki... :)


cheers,
good luck yak!

Anonymous said...

ex boss elo ini laki apa perempuan sih? kalo laki gua gak heran dia bodoh gak bisa liat potensi elo, mer.
i wish you the best in finding a new 2nd job. hopefully your future boss will fully appreciate your potential.

Anonymous said...

Mer, satu hal yg gw perhatiin dari loe, bukan side job loe yg hilang ato apapun yg terjadi pada loe, kecuali satu : MERRY UDAH TAMBAH "LEMBUT".

Muach, muachh!!

Madiru said...

Aku melihat setiap orang itu memiliki tugasnya didunia ini. dan mereka itu sadar akan yang dilakukannya, so sangat lah wajar apabila ada orang miskin menyantuni orang kaya. that its life, mam.
karena orang tak harus kaya agar bisa meyantuni dan tak harus miskin bila ingin disantuni.
itu kembali kenurani masing-masing. karena sikap memberi tak ada hubungannya dengan kekayaan seseorang secara fisik.

EH KOMEN DONG BLOK-KU........OK.
WWW.THERUANGBACA.BLOGSPOT.COM TAK TUNGGU SIAPA TAHU KITA BISA BERDIALEKTIKA DISANA.

Budi Sutomo, S.Pd said...

Terlalu banyak kejadian seperti ini disekeliling kita. Kita jadi kebal dan kurang peka. Salam

Anonymous said...

heuehue, ini yg namanya kesenjangan, dan semakin kaya semakin banyak yang dipengeni ;p

btw, blog ini asik :)