Tuesday, February 28, 2006
Meneladani Mukhtar Mai
Siapa Mukhtar Mai? Tidak banyak yang tahu memang. Namun kalau mengetahui kisah hidupnya, siapapun pasti akan mengacungkan dua jempol buat perempuan Pakistan ini.
Mukhtar kelahiran 1972 adalah contoh perempuan luar biasa yang harus menjadi teladan sesama kaumnya.
Bayangkan kalau anda menjadi seorang Mukhtar. Didakwa harus menjalani hukuman atas kesalahan yang dilakukan adiknya. Tidak tanggung-tanggung, hukuman biadab itu berupa perkosaan yang dilakukan empat orang lelaki sekaligus sambil ditontoni lelaki lainnya.
Di desa Meerlawa daerah Punjab, Pakistan, satu-satunya solusi bagi perempuan korban perkosaan adalah bunuh diri. Jalan ini dianggap dapat menghapus malu diri sendiri dan aib keluarga. Maka tak banyak korban perkosaan yang berani melapor ke polisi. Selain akan mendapat malu, korban juga tidak mendapat dukungan apapun dari keluarga atau warga desa.
Tapi itu tak berlaku bagi Mukhtar Mai. Perkosaan yang terjadi pada tahun 2002 itu dilaporkan ke pihak berwajib. Sempat mendapat kecaman dari warga desa, namun ia tak gentar. Karena tak mendapat kepastian hukum, Mukhtar mengungkap kasusnya ke sejumlah aktivis perempuan sampai tingkat global. Mukhtar dimaki sebagai perempuan pembawa cemar nama bangsa.
Perjuangannya tak berhenti sampai di situ. Mukhtar terus maju sampai ke taraf internasional. Ia bersaksi semua pengalaman pahit yang dialaminya. Bukan dia seorang. Komisi Hak Azazi Manusia Pakistan mencatat setidaknya ada 151 perempuan Pakistan yang diperkosa beramai-ramai pada tahun 2004 saja. Sebanyak 176 orang bunuh diri karena menanggung malu. Tak satupun pelakuknya diadili. Terbayang betapa beraninya seorang Mukhtar Mai membeberkan semua perilaku biadab kaum lelaki di desanya.
Perjuangan Mukhtar tidak sia-sia. Para pemerkosanya dihukum penjara. Mukhtar sendiri terkenal sebagai pahlawan kaum perempuan Pakistan. Ia mendirikan sekolah khusus perempuan yang tak pernah ada di desanya.
Andai saja perempuan Indonesia seberani Muhktar Mai...
Saturday, February 25, 2006
Apa yang Dicari Perempuan dari Seorang Lelaki?
Suatu pagi di Bandung. Sarapan di sebuah hotel resort daerah Ciembeleuiut (semoga ngga salah nulisnya). Ada yang melontarkan pertanyaan. "Apa yang dicari perempuan dari seorang lelaki?"
Pertanyaan sambil lalu yang tak ditanggapi serius. Lalu saya iseng nyeletuk ke seorang karib. "Apa ya? Ganteng dan hartanya aja? Kayaknya iya deh. Ngga ada hal lain yang gue cari dari seorang lelaki kecuali dua hal itu."
Padahal faktanya jauh-jauh hari sebelum ini, dua hal itu (kegantengan dan kekayaan) tak pernah saya perhatikan. Entah dikutuk oleh setan apa, sejak SMP saya selalu jatuh cinta sama lelaki yang tidak ganteng dan tidak kaya. Suatu kebodohan tiada tara yang disumpahserapahi almarhum ibu saya tercinta. Dan sekarang saya baru sadar bahwa almarhum ibu saya itu betul 100% dan saya salah 100%.
Dulu, saat dunia masih begitu indah di mata saya, saat idealisme masih melekat kuat bagai tai sapi di atas aspal, saya pikir kegantengan dan kekayaan bukan hal penting. Banyak cowok ganteng lagi kaya berseliweran di hidup saya dan tak pernah sekalipun saya pedulikan. Saya justru terpaku pada cowok-cowok "jelek" dan miskin. Saya pikir, cinta sejati tidak memandang materi. Hasilnya, saya berkali-kali mencintai cowok jelek dan miskin. Ternyata itu kesalahan besar dalam hidup.
Kini, saya meratapi kebodohan di masa lalu. Cowok jelek dan miskin memang tidak layak dicintai. "You deserve to making the selection, Mer! You are cute and sweet, smart enought and have a brilliant life and cool perfomance. You deserve to have many handsome, rich and smart guys around you!" Itu kata beberapa karib tentang aku dan selera burukku soal cowok.
So, what we're looking from a man? Kegantengan, kekayaan dan kepintaran? Wah, rasanya saya tidak mencari apapun dari lawan jenis. Saya tidak butuh mereka lagi. Saya hanya butuh ketenangan, kenyamanan, keindahan, kehangatan. Dan itu semua sudah saya dapatkan tanpa kehadiran lawan jenis.
Maybe someday. When?? Nobody know. And I don't wanna know...
Friday, February 17, 2006
Layakkah Lelaki Disebut Manusia?
Peristiwa ini terjadi sudah lama sekali. Sebuah pengalaman yang menambah kuat memori di otak saya bahwa memang setiap lelaki harus diwaspadai.
Masih ingat betul, pagi itu saya naik mikrolet menuju sekolah. Saya masih kelas 2 SMP. Sekitar pukul 6.30, mikrolet dan jalanan lumayan sepi. Dalam mikrolet hanya ada saya, kondektur (zaman itu mikrolet masih pakai kondektur lho), dan seorang anak perempuan SD. Di sebelahnya seorang bapak yang mulai tua. Gemuk, jelek, ubanan.
Saya tidak memperhatiakan kedua penumpang tadi. Sampai akhirnya saya lihat si bapak tua jelek itu menempelkan tubuhnya ke anak perempuan SD yang saya duga masih usia 10 tahun. Tubuh mereka makin menempel. Si bapak tua teesenyum senang. Si anak SD wajahnya panik, merasa tak nyaman.
Awalnya saya kira mereka itu ayah dan anak atau kakek dan cucu. Tapi ketika si bapak tua jelek sialan itu turun, si anak tidak ikut turun. Dia menangis. Saya jadi bingung. Apa dia dicopet?
"Bapak tadi mencet-mencet anu saya mbak...huhuhuhuhuhuuuuuu..." Anak berwajah manis nan innocent itu mengangkat tas ransel yang menutupi pahanya. Ternyata waktu bapak bangsat tadi menempelkan tubuhnya ke anak manis ini, tangannya menyelinap ke balik tas si anak yang dipangku. Dan tangan itu mempermainkan kemaluan si anak!!!
Waktu itu saya masih SMP. Masih naif, bodoh dan polos. Saya hanya bingung saja. sang kondektur yang tahu kejadian itu hanya tertawa. Kondektur itu laki-laki.
Sekian tahun berlalu, saya akhirnya sadar. Alangkah biadabnya bapak tua sialan itu. Anak SD tadi bisa jadi bukan korban pertamanya. Si kondektur juga tidak punya otak. Sudah tahu ada anak kecil ketimpa musibah malah diketawai.
Wahai laki-laki, apakah kalian layak disebut manusia?
Masih ingat betul, pagi itu saya naik mikrolet menuju sekolah. Saya masih kelas 2 SMP. Sekitar pukul 6.30, mikrolet dan jalanan lumayan sepi. Dalam mikrolet hanya ada saya, kondektur (zaman itu mikrolet masih pakai kondektur lho), dan seorang anak perempuan SD. Di sebelahnya seorang bapak yang mulai tua. Gemuk, jelek, ubanan.
Saya tidak memperhatiakan kedua penumpang tadi. Sampai akhirnya saya lihat si bapak tua jelek itu menempelkan tubuhnya ke anak perempuan SD yang saya duga masih usia 10 tahun. Tubuh mereka makin menempel. Si bapak tua teesenyum senang. Si anak SD wajahnya panik, merasa tak nyaman.
Awalnya saya kira mereka itu ayah dan anak atau kakek dan cucu. Tapi ketika si bapak tua jelek sialan itu turun, si anak tidak ikut turun. Dia menangis. Saya jadi bingung. Apa dia dicopet?
"Bapak tadi mencet-mencet anu saya mbak...huhuhuhuhuhuuuuuu..." Anak berwajah manis nan innocent itu mengangkat tas ransel yang menutupi pahanya. Ternyata waktu bapak bangsat tadi menempelkan tubuhnya ke anak manis ini, tangannya menyelinap ke balik tas si anak yang dipangku. Dan tangan itu mempermainkan kemaluan si anak!!!
Waktu itu saya masih SMP. Masih naif, bodoh dan polos. Saya hanya bingung saja. sang kondektur yang tahu kejadian itu hanya tertawa. Kondektur itu laki-laki.
Sekian tahun berlalu, saya akhirnya sadar. Alangkah biadabnya bapak tua sialan itu. Anak SD tadi bisa jadi bukan korban pertamanya. Si kondektur juga tidak punya otak. Sudah tahu ada anak kecil ketimpa musibah malah diketawai.
Wahai laki-laki, apakah kalian layak disebut manusia?
Tuesday, February 14, 2006
The Other Side of Me
Hai para komentator semua...Thanks berat sudah mau capek-capek membaca dan mengomentari blog saya ini.
Sekedar mau membagi informasi bahwa saya juga punya blog yang memperlihatkan The Other Side of Me, yakni http://mermagdal-feature.blogspot.com ,sebuah kumpulan tulisan saya yang pernah dipublikasikan di media. Di link bisa diklik pada panel MyFeatures. Ini juga bekum semuanya. Hanya artikel yang saya suka saja yang saya koleksi di sini.
Dengan mebacanya maka kalian akan paham bahwa kesibukan saya bukan hanya mengumpati kelakuan menjijikan para lelaki tak tahu diri. Kesibukan saya sangat padat. Mulai dari serentetan acara jumpa pers, rapat redaksi, mengantar anak ke sekolah, membantu bikin PR, membaca, menulis, belanja ke pasar, memasak, juga merampungkan proyek lainnya. Ditambah saat ini saya punya kerja sampingan yang harus saya selesaikan di rumah.
Beruntung saya terlahir sebagai perempuan, kaum yang memiliki kemampuan multitasking, menjalankan berbagai aktivitas dalam satu waktu. Lelaki tidak punya kemampuan ini. Kalaupun ada sangat lemah. Kasihan!
Sekadar membuka mata kalian yang berpandangan picik bahwa saya "sakit jiwa" dan sejenisnya. Blog Revolusi Seksual ini hanya sedikiiiiiiiit sekali dari sisi hidup saya yang sangat berwarna. Kalau isinya penuh caci maki kepada lelaki, yah memang inilah fasilitas untuk itu. Sebab di dunia nyata saya tak bisa melakukannya. Bukankah dunia maya memang sebuah komunitas dimana kita dapat bebas berekspresi?
Saya tidak pernah menyesali hidup seperti yang dibilang seorang komentator bernama Surya. Masa lalu saya memang tak terlalu baik. Tapi saya sangat mensyukuri semua yang saya dapat saat ini. Kalau dulu tidak berpisah dengan lelaki bodoh yang sempat menjadi suami saya, mungkin saya hanya akan menjadi "babu kaum lelaki" yang notabene istri yang harus tunduk pada suami (huek).
Ada obsesi kecil di sudut benak saya, yakni saya ingin semua perempuan di muka bumi ini menjadi seperti saya. Mampu mandiri, independen di atas kaki sendiri, secara jasmani dan rohani. Tidak perlu menggantungkan hidup pada lelaki. Tidak cengeng. sebab saya kerap enemui banyak cewek yang langsung lemah tak berdaya begitu ditinggal pasangannya.
Solusi dari begitu banyaknya problem yang saya kemukakan di sini? Tidak ada. Solusinya terletak pada si asal muasal pembuat masalah itu, LELAKI. Ini sama rumitnya dengan mencari solusi bagaimana menangkal maling. Kalau malingnya sendiri tidak jera-jera dan tak pernah merasa bersalah, akan sulit dicari solusinya. Jadi ya sebaiknya kita paparkan saja terus semua keburukan tingkah polah kaum lelaki. Agar mereka sadar. Kalau ngga sadar-sadar ya ke laut aja.
Hahaha!
Keep on read, guys!
Like Mother Like Daughter
“Anakmu bukanlah anakmu. Mereka adalah puetra-puteri alam. Mereka seperti anak panah yang kaulepaskan dari busurnya.” –Kahlil Gibran--
Buku harian pertama saya ditulis pada saya duduk di kelas 5 SD, usia 11 tahun. Puteri manisku Libby, sudah punya diary sejak usia 8 tahun. Dalam tempo satu tahun, bukunya sudah berserakan tak keruan, penuh dengan tulisan tangan warna-warni curahan hati. Buku gambarnya nyaris 3 lusin, berisikan komik dan gambar yang berkisah tentang dirinya. Komputer kami di rumah sebagian besar justru didominasi oleh folder Libby. Semuanya adalah cerita karangannya sendiri. Juga opini mengenai acara televisi yang dia suka. Saya sudah harus punya komputer pribadi sendiri agaknya.
Tulisan pertama saya dipublikasikan di majalah Hai, waktu saya kelas 3 SMP, usia 15 tahun. Sebuah cerita bersambung. Libby, pada usianya yang ke-9 mau 10, sudah berkeras ingin mengirim tulisan ke Bobo. “Harus belajar menulis yang bagus dulu, sesuai aturan guru bahasa. Lalu bikin cerita yang menarik,” tegas saya kepada Libby setiap kali ia merengek minta karyanya dikirim ke Bobo.
Buku bacaan pertama saya waktu SD adalah Lima Sekawan-nya Enid Blyton. Libby kini sudah tergila-gila pada karya Morris Gleitzman, yang bahkan saya pun belum sempat tahu. Ia juga melahap majalah Rolling Stones, chiklit koleksi saya, menonton semua kartun Nickoledeon, hapal lagu Peter Pan, suka semua acara MTV kecuali MTV Dangdut. Libby tahu bahwa Green Day lagunya bagus dan berisi protes. Mengidolakan Black Eye Peas. Menurutnya mamanya secantik Madonna (ehem!). Ia sangat ingin seperti Alicia Keys yang cantik dan pandai main piano serta menulis lagu.
Di akhir pekan, tidak ada hiburan yang paling mengasyikan kecuali ke toko buku, cari makanan enak, sesekali nonton film bagus. Kalau sedang bokek kami cukup puas terpaku di depan TV untuk meraup semua video klip MTV atau O Channel. Bosan dengan itu semua, kami akan bergantian memakai komputer untuk mengetik. Tak tik tak tik. Mengetikkan apa saja yang ada di kepala kami. Saya melanjutkan proyek buku, Libby sendiri dengan obsesinya sendiri. Entah apa.
Saya tidak pernah mengajarkan Libby untuk menulis atau menggambar atau mendengar musik. Saya tak pernah mendiktenya bahwa membaca itu bagus, menonton film itu mengasyikan. Tidak pernah. Si Kecil Manisku itu mengalir begitu saja. Mungkin ia melihat selama ini mamanya sangat bahagia berkutat dengan komputer, buku, musik dan film. Maka jadilah ia ikut menekuni bidang-bidang itu.
“Libby mau jadi pelukis yang jago main basket dan nulis buku,” itu selalu jawabnya tiap kali kutanya apa cita-citanya. Sungguh jawaban berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang akan menjawab ingin jadi dokter, insinyur, guru, pengusaha atau presiden. Libby kecilku tidak ingin jadi presiden, dokter, insnyur dan semua jabatan mentereng itu. Cukup jadi pelukis yang hobi basket dan bisa menulis buku. Sebuah cita-cita mulia yang sulit, nak. Tapi mama yakin kau bisa mendapatkannya. Sama seperti mamamu dulu yang memang bercita-cita ingin jadi jurnalis. Sebuah cita-cita yang dilecehkan orangtua dan saudara-saudaraku.
Kini, jurnalis yang dilecehkan keluarganya itu, masih bangga dengan profesinya. Dan ia tidak akan pernah melecehkan apapun cita-cita puterinya.
Monday, February 13, 2006
Lelaki Sumber Penderitaan Bangsa...Tanya Kenapa!
Belasan anak balita di Tangerang, Jawa Barat menderita kurang gizi. Sebagian ada yang busung lapar. Satu balita berasal dari sebuah keluarga beranak empat yang ayahnya pengangguran.
Warga di sejumlah daerah mulai makan nasi aking (nasi bekas) karena tak mampu beli beras murah. Salah satunya adalah keluarga dengan seorang janda dengan enam orang anak.
Seorang perempuan terpaksa menarik becak demi menghidupi enam anak dan satu suaminya yang sakit tak berdaya.
Seorang bapak mengaku pernah menikah 13 kali. Anaknya ada sekitar 20-an, dia tidak ingat betul. Bahkan kalau bertemu anaknya di jalan, dia mengaku tidak mengenalnya.
Semua kisah tadi hanya sebagian kecil fakta yang membuktikan bahwa asal muasal penderitaan negeri ini adalah kaum lelaki. Tanya kenapa.
1. Sudah tahu pengangguran, ekonomi pas-pasan, eh si lelaki yang notabene kepala keluarga kok masih rajin mencetak anak. Semestinya sebagai kepala keluarga, lelaki punya otak logis untuk mempertimbangkan urusan selangkangan. Bagaimana caranya supaya anak tidak terus berlahiran dan hidup susah, akibatnya malah kurang gizi.
2. Ibu yang harus memberi makan anak-anaknya nasi aking adalah korban kebodohan lelaki. Kalau memang dari ekonomi pas-pasan sebaiknya berpikir untuk tidak terus bikin anak sampai enam orang. Giliran si suami mampus, si istri yang jadi korban harus kerja keras menghidupi anak-anaknya.
3. Kisah ibu penarik becak juga sama saja. Korban ketololan lelaki yang hanya memikirkan nafsu syahwat saja. Kalau tidak, kok anaknya bisa enam???
4. Kasus bapak ber-anak 20-an, sudah membuktikan bahwa lelaki memang hanya pandai mencetak anak tapi tak becus mengurus dan membiayai.
Jangan salahkan saya kalau mengatakan bahwa semua penderitaan bangsa kita berasal mula dari para kepala keluarga yang tak becus memanajemen keluarganya. Memang sudah saatnya lelaki menjadi penjaga dapur saja, melayani istri dan anak. Biarlah perempuan yang mencari nafkah, memanajemen keluarga.
Tanya kenapa.
Sebab perempuan tidak akan membiarkan anak-anaknya menderita hanya demi kepuasan syahwat. Ia akan membatasi jumlah anak, sebab tahu pasti sangat sulit mengurus apalagi membiayai anak.
Dengan jumlah anak lebih dari tiga, ekonomi pas-pasan, kurang gizi, tidak sekolah, bahkan makan nasi bekas, apakah bangsa kita bisa membaik? Dan yang berekonomi mampu, eh malah kawin 13 kali.
Duh lelaki ini memang sumber malapetaka negeri! Thanks God saya tidak dilahirkan sebagai lelaki!
Warga di sejumlah daerah mulai makan nasi aking (nasi bekas) karena tak mampu beli beras murah. Salah satunya adalah keluarga dengan seorang janda dengan enam orang anak.
Seorang perempuan terpaksa menarik becak demi menghidupi enam anak dan satu suaminya yang sakit tak berdaya.
Seorang bapak mengaku pernah menikah 13 kali. Anaknya ada sekitar 20-an, dia tidak ingat betul. Bahkan kalau bertemu anaknya di jalan, dia mengaku tidak mengenalnya.
Semua kisah tadi hanya sebagian kecil fakta yang membuktikan bahwa asal muasal penderitaan negeri ini adalah kaum lelaki. Tanya kenapa.
1. Sudah tahu pengangguran, ekonomi pas-pasan, eh si lelaki yang notabene kepala keluarga kok masih rajin mencetak anak. Semestinya sebagai kepala keluarga, lelaki punya otak logis untuk mempertimbangkan urusan selangkangan. Bagaimana caranya supaya anak tidak terus berlahiran dan hidup susah, akibatnya malah kurang gizi.
2. Ibu yang harus memberi makan anak-anaknya nasi aking adalah korban kebodohan lelaki. Kalau memang dari ekonomi pas-pasan sebaiknya berpikir untuk tidak terus bikin anak sampai enam orang. Giliran si suami mampus, si istri yang jadi korban harus kerja keras menghidupi anak-anaknya.
3. Kisah ibu penarik becak juga sama saja. Korban ketololan lelaki yang hanya memikirkan nafsu syahwat saja. Kalau tidak, kok anaknya bisa enam???
4. Kasus bapak ber-anak 20-an, sudah membuktikan bahwa lelaki memang hanya pandai mencetak anak tapi tak becus mengurus dan membiayai.
Jangan salahkan saya kalau mengatakan bahwa semua penderitaan bangsa kita berasal mula dari para kepala keluarga yang tak becus memanajemen keluarganya. Memang sudah saatnya lelaki menjadi penjaga dapur saja, melayani istri dan anak. Biarlah perempuan yang mencari nafkah, memanajemen keluarga.
Tanya kenapa.
Sebab perempuan tidak akan membiarkan anak-anaknya menderita hanya demi kepuasan syahwat. Ia akan membatasi jumlah anak, sebab tahu pasti sangat sulit mengurus apalagi membiayai anak.
Dengan jumlah anak lebih dari tiga, ekonomi pas-pasan, kurang gizi, tidak sekolah, bahkan makan nasi bekas, apakah bangsa kita bisa membaik? Dan yang berekonomi mampu, eh malah kawin 13 kali.
Duh lelaki ini memang sumber malapetaka negeri! Thanks God saya tidak dilahirkan sebagai lelaki!
Sunday, February 12, 2006
Release: The Other Blog of Mine
Woro-woro...
tidak mau kalah dengan Angelina Sondakh yang mengadakan acara launching blog, saya juga ah. Cuma launching blog-nya secara online saja di sini.
Blog saya yang baru ini, http://magnolia-novel.blogspot.com ,sebenarnya hanya dokumentasi novel saya yang belum selesai, Magnolia Mencari Tuhan.
Blog saya yang lain yang juga berisi novel lumayan juga yang terbengkalai. Maka untuk menghilangkan kesan terbengkalai itu, novel saya posting per sub bab.
Magnbolia Mencari Tuhan saya tulis sekitar tiga tahun lalu. Berkisah tentang Magnolia, perempuan yang berupaya mengubah takdir hidupnya. Ada kisah flashback ke era 1990-an dimana Magnolia masih siswi SMA. Judul sub bab-nya sengaja saya adopsi dari judul-judul lagu rock 90-an yang lumayan saya gilai.
Hati-hati, novel ini sangat musikal. Bagi yang hobi dengan musik rock era 90-an, akan sangat nyambung deh.
Friday, February 10, 2006
Lelaki, Berhentilah Berlaku Seperti Binatang!
Kalau bertemu Tuhan di jalan
tolong kau tanyakah
apakah Adam diciptakan
untuk memperkosa Hawa?
-Rieke Dyah Pitaloka-
Sungguh tidak habis pikir. Kenapa ya lelaki yang kerap mengklaim dirinya adalah manusia nomor satu justru berlaku “tidak punya otak”?
Ini adalah beberapa contoh ke-“tidakpunyaotak”-an mereka itu.
Walau jelek, tidak kaya, jauh dari keren, cowok punya percaya diri begitu tinggi untuk melecehkan perempuan. Setiap hari dalam perjalanan pulang saya terpaksa melewati proyek pembangunan sebuah mall dekat rumah. Kuli-kuli proyek di situ selalu saja menyempatkan diri untuk bersiul, melontarkan godaan nakal, bahkan kadang menyoraki setiap perempuan yang lewat. Alangkah besar rasa percaya diri mereka ini.
Sebaliknya, coba kalau perempuan, tentu akan berpikir jutaan kali untuk menggodai lelaki, kendati lelaki itu gantengnya setengah mampus. Kita balik saja kondisinya, ada ngga sih perempuan jelek, tidak keren yang bekerja sebagai pembantu yang berani menggodai lelaki keren? Tidak kan? Kenapa? Sebab kami kaum Hawa masih punya apa yang namanya harga diri. Bahkan saat perempuan dalam kondisi cantik, kaya dan pintar pun masih merasa gengsi untuk menggodai lelaki. Ini tidak berlaku bagi pekerja seksual tentunya.
Bukti lain bahwa para lelaki tidak punya otak adalah, mereka itu sudah tidak punya harga diri masih tidak punya malu. Mari kita bandingkan, apa sih beda lelaki dan binatang? Nyaris tidak ada. Begitu tergiur oleh sesuatu, maka mahluk ini akan langsung mengejarnya sampai dapat. Terbukti dengan para pelaku perkosaan di muka bumi ini mayoritas adalah lelaki. Begitu tergiru oleh sesuatu yang merangsang, langsung memperkosa. Itu kan ulah para kaum Adam.
Mana ada sih cewek memperkosa cowok? Kalaupun ada kasusnya kecil sekali. Dan yang jelas pasti cowoknya yang suka.
Ditambah lagi dengan aneka fakta, kasus pelecehan seksual dimana-mana selalu dilakukan oleh lelaki. Seorang teman perempuan saya pernah jadi korban lelaki gila yang menumpahkan spermanya di tubuhnya. Kejadiannya di kereta Depok-Kota. Suasana sangat sesak, sampai si teman itu tak sadar apa yang terjadi. Baru disadari ketika turun gerbong, ternyata di bajunya sudah basah bersimbah sperma menjijikan!
Teman lain, penumpang setia Kowanbisata Depok-Pulogadung juga pernah mengalami nasib sial, dipameri barang cowok di tengah kesesakkan penumpang! Oh God, apakah para lelaki memang diciptakan untuk jadi psikopat seks?
Dan satu bukti yang kasat mata adalah, bau pesing yang sangat memualkan di terminal bis. Siapa yang membuat terminal bis jadi bau pesing??? Lelaki yang buang air sembarangan tentunya. Mustahil kan ada perempuan pipis sembarangan di terminal???
Duh, jadi mau muntah saya menulis ini semua.
Wahai para lelaki, berhentilah berlaku seperti binatang!
Tuesday, February 07, 2006
Mengapa Bad Boys Begitu Disuka?
Semalam saya menonton tayangan The Strory of Motley Crue di sebuah TV swasta. Tentu saja kelompok musik rock era 1990-an ini tak bisa lepas dari nama Tommy Lee, sang drummer. Memang sih ganteng, sexy dan terkenal. Tapi mantan suami Pamela Anderson dan Heather Locklear itu tak dapat dikatakan sebagai cowok baik-baik. Tomy yang sekarang berprofesi sebagai DJ sama saja dengan empat anggota band gila itu, liar, urakan, hobi mabuk dan merendahkan martabat perempuan. Bahkan Tommy sempat dibaptis sebagai Most Bad Boys dalam suatu program TV Kanada.
Anehnya, cowok model Tommy Lee ini banyak yang suka. Tidak sedikit teman perempuan saya yang mengatakan tanpa ragu bahwa cowok idolanya adalah yang gondrong, slengean, urakan dan nakal. Cowok tipe rapi, kantoran, alim dan sopan cenderung mendapat acungan jempol terbalik.
Memang ada sebagian cowok berpenampilan urakan yang ternyata berkelakukan manis. Tidak heran kalau yang tipe ini dijadikan idola. Tapi yang model Tommy Lee?? Wah, thanks berat deh. Selain urakan, gila, cowok model Tommy Lee juga berkelakuan minus. Ingat saja kasusnya dengan para mantan istri yang selalu meinginggalkan kenangan buruk. Belum lagi urusannya dengan pihak kepolisian.
Namun jangan salah, selalu ada saja perempuan yang suka dengan tipe ini. “Menantang, hidup jadi penuh warna berurusan sama cowokkayak gitu,” ungkap seorang teman.
Saya pribadi bukan pengagum cowok dari sisi penampilannya, melainkan dari perilaku dan sifatnya. Jadi cowok model Tommy Lee yang minus di penampilan dan kelakukan, sebaiknya stay away aja deh dari saya. Tapi yang bertato, gondrong asal berhati mulia, silakan saja mendekat. Hehehe.
By The Way, saya suka Motley Crue sebatas musiknya saja. Segala kegilaan mereka, indah juga buat dikenang sebagai hiburan.
Thursday, February 02, 2006
HOW TO STAY YOUNG
*Dari blog seorang karib. Sebab saya lagi males mikir dan nulis. Hehehe.*
1. Throw out nonessential numbers. This includes age, weight and height.
Let the doctors worry about them. That is why you pay them.
2. Keep only cheerful friends.
The grouches pull you down. Keep this in mind if you are one of those grouches.
3. Keep learning.
Learn more about the computer, crafts, gardening,
whatever. Never let the brain get idle.
"An idle mind is the devil's workshop."
And the devil's name is Alzheimer's!
4. Enjoy the simple things.
5. Laugh often, long and loud. Laugh until you gasp for breath.
And if you have a friend who makes you laugh, spend lots and lots of time with him/her.
6. The tears happen.
Endure, grieve, and move on. The only person who is with us our entire life, is ourself. LIVE while you are alive.
7. Surround yourself with what you love:
Whether it's family, pets, keepsakes, music, plants, hobbies, whatever.
Your home is your refuge.
8. Cherish your health.
If it is good, preserve it.
If it is unstable, improve it.
If it is beyond what you can improve, get help.
9. Don't take guilt trips.
Take a trip to the mall, even to the next county, to a foreign country, but NOT to where the guilt is.
10. Tell the people you love that you love them, at every opportunity.
1. Throw out nonessential numbers. This includes age, weight and height.
Let the doctors worry about them. That is why you pay them.
2. Keep only cheerful friends.
The grouches pull you down. Keep this in mind if you are one of those grouches.
3. Keep learning.
Learn more about the computer, crafts, gardening,
whatever. Never let the brain get idle.
"An idle mind is the devil's workshop."
And the devil's name is Alzheimer's!
4. Enjoy the simple things.
5. Laugh often, long and loud. Laugh until you gasp for breath.
And if you have a friend who makes you laugh, spend lots and lots of time with him/her.
6. The tears happen.
Endure, grieve, and move on. The only person who is with us our entire life, is ourself. LIVE while you are alive.
7. Surround yourself with what you love:
Whether it's family, pets, keepsakes, music, plants, hobbies, whatever.
Your home is your refuge.
8. Cherish your health.
If it is good, preserve it.
If it is unstable, improve it.
If it is beyond what you can improve, get help.
9. Don't take guilt trips.
Take a trip to the mall, even to the next county, to a foreign country, but NOT to where the guilt is.
10. Tell the people you love that you love them, at every opportunity.
Senggigi Biasa Saja
Senggigi itu indah, kata orang dan brosur pariwisata
bagiku kok biasa saja ya?
apa karena aku sudah pernah ke tempat yang jauh lebih indah?
dimana itu?
wah, lupa...ummm..Canes? Paris? Gede Pangrango? Kuta? Pantai Sedona? Apa malah Depok?
mungkin karena ke Senggigi-nya urusan dinas, jadi tempat ini berasa tak indah
mana sama rombongan menteri yang serba formal..hiks!
(padahal menterinya cengengesan mulu lho).
*lagi males serius*
Subscribe to:
Posts (Atom)